tag:blogger.com,1999:blog-43607278263993877462024-03-05T11:22:51.880-08:00Punyaceritakumpulan kata-kata sederhana yang tersimpan di buku-buku kecilkuPunyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.comBlogger26125tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-85945665099831745252020-05-03T05:08:00.002-07:002020-05-03T05:10:25.127-07:00Cerbung part 3<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8jYgzTsTfiPcH8vuQWpxZGqfbDWoaDzAt6DRregUdJVI3p8jh_Q8jV8Vv-D9nhdVGwgcNSj8W0-TkPbI1I3F7aDk172kEUuD4XD_wLH8VZ7g-Ssjor3YVxxQnuTcD30wHSL1GwQpkHJw/s1600/20200427_200749_0000.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1003" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8jYgzTsTfiPcH8vuQWpxZGqfbDWoaDzAt6DRregUdJVI3p8jh_Q8jV8Vv-D9nhdVGwgcNSj8W0-TkPbI1I3F7aDk172kEUuD4XD_wLH8VZ7g-Ssjor3YVxxQnuTcD30wHSL1GwQpkHJw/s320/20200427_200749_0000.png" width="200" /></a></div>
<br />
<br />
Hari Sabtu Bersamamu<br />
By. Febi Intan T<br />
<br />
<br />
Sesakit inikah Cinta?<br />
<br />
Dahiku mengerut membaca pesannya. Keluarga? Untuk apa keluarga Rian menghubungiku? Jangan-jangan ada apa-apa dengannya, tapi tahu dari siapa wanita ini nomor whatsappku. Mungkinkah pria itu menceritakan tentang kami kepada keluarganya? Tiba-tiba saja rasa cemas juga takut menghampiri.<br />
<br />
“Mah, kok, ngelamun?” Suara Mas Tomo yang baru selesai mandi mengejutkanku, HP yang ada dalam genggaman hampir terlepas jika aku tak cepat memegang benda itu dengan erat. “Ada pesan dari sapa?”<br />
<br />
“Emm, i—ini, ada temen ngajak main,” kataku sedikit tergagap. “Mas, hari ini mau mancing lagi?”<br />
<br />
Hari Minggu siang biasanya Mas Tomo akan pergi memancing bersama teman-temannya, pulang sore hari dengan membawa ikan, hasil tangkapan.<br />
<br />
“Mungkin.” Lelaki itu mengeringkan rambut pendeknya dengan handuk sambil berlalu.<br />
<br />
Aku kembali melihat layar pipih di tangan. Mengetik beberapa kalimat jawaban untuk pesan dari seseorang yang mengaku keluarga Rian. [Gak tau bisa gak, nanti aku hubungin lagi.]<br />
<br />
Pikiran menjadi sedikit tak tenang, mengerjakan pekerjaan rumah pun jadi kurang fokus. Sesekali mataku melirik pada benda pipih yang tergeletak di meja dapur.<br />
<br />
Apa aku minta tolong adikku saja, ya, si Linda untuk jaga anak-anak nanti? Bagaimana dengan Mas Tomo? Ah, nanti mungkin dia juga akan keluar.<br />
<br />
“Mah, abis sarapan, aku mau ke ibu. Siangnya langsung mancing sama teman-teman di sana.” Tangan Mas Tomo menggamit gorengan tempe yang sudah kutiriskan. “Nyusul, ya ke sana! Bantu Ibu beres-beres. Reta paling minggu gini main, kasian ibu.”<br />
<br />
Aku mengangguk pelan sambil menata meja makan. Aku tak keberatan tiap minggu ke rumah ibu mertua untuk membantu beliau, tapi sedikit kesal dengan tingkah adik ipar yang sudah remaja tak juga mengerti dengan pekerjaan rumah.<br />
<br />
***<br />
<br />
Kendaraan bermotor berlalu lalang di bawah sana, aku sudah menunggu kedatangan wanita yang mengaku keluarga Rian di sebuah resto. Embusan angin sesekali menerpa rambut sebahu yang kugerai, sejuk terasa di atas sini.<br />
<br />
“Halo, Mbak—“<br />
<br />
Aku menoleh sosok wanita bersuara lembut yang sudah ada di sampingku. Sesaat terpana dengan senyum ramah juga kecantikan berbalut jilbab panjang yang dikenakannya.<br />
<br />
Dia menyalamiku, lalu duduk dengan anggun di sebuah kursi yang ada di depanku. “Maaf mengganggu, ya, Mbak,” katanya sambil tersenyum tipis.<br />
<br />
Aku menggeleng lemah. “Emmm, maaf, Mbak ini siapanya Rian?” Aku tak mampu lagi menutupi rasa penasaran yang memenuhi otak.<br />
<br />
“Saya Risti, Mbak. Istri Rian.” Wajahnya begitu tenang, tak ada riak apa pun yang bisa kutangkap di sana.<br />
<br />
Ada getar yang menjalar dalam dada, membuat tubuhku menjadi panas-dingin dibuatnya. Kenapa Rian berbohong? Jari-jemari meremas ujung kemeja yang kupakai.<br />
<br />
“Maaf,” bisikku menunduk. Wanita ini pastilah menyimpan amarah kepadaku, bagaimana tidak? Dia kini berhadapan dengan wanita yang suka jalan berdua bersama laki-laki yang masih suaminya.<br />
<br />
“Ya, saya tau Rian setiap Sabtu suka bertemu dengan, Mbak.” Ada getar dalam kata-katanya yang coba ia sembunyikan. “Saya gak pengen nyalahin Mbak atau Rian, walaupun perbuatan kalian memang salah.” Dia terdiam, seperti sedang mengendalikan sesuatu di hatinya.<br />
<br />
Aku tak mampu menatap mata wanita di hadapanku, takut bercampur malu. Tenggorokanku rasanya tercekat, dada terasa sesak.<br />
<br />
“Ini bukan pertama kali Rian lakukan,” gumamnya tertunduk.<br />
<br />
Mataku membulat mendengar penuturannya. Aneh bagiku, pria lembut dan perhatian seperti Rian punya sifat seperti itu. Ah, lalu bagaimana denganku, tak ada yang beda bukan?<br />
<br />
“Setahun yang lalu—“ Terdengar darinya menelan saliva dengan berat, lalu menghela napas panjang. “Setahun yang lalu dokter memvonis dia gak akan bisa punya anak.”<br />
<br />
Aku tercengang mendengarnya, napasku seakan ingin berhenti. Lalu apa alasannya sampai berani menduakan wanita yang menurutku penyabar ini.<br />
<br />
“Ini, salahku—“ Matanya tiba-tiba meneteskan bulir bening yang cepat-cepat dihapusnya. “Mendengar berita seperti itu, aku merasa sedih dan lebih banyak berdiam diri di kamar.”<br />
<br />
“Padahal Rianlah yang paling menderita di sini. Harusnya aku ada untuk menghiburnya, tapi aku seolah menjadi orang yang paling menderita.” Bahunya kini terguncang, tak bisa lagi ia menahan isak.<br />
<br />
Aku menggenggam tangan halus wanita di hadapanku, ingin memberinya kekuatan. Namun, pantaskah aku?<br />
<br />
“Aku tau, dia melakukan ini hanya karena ingin aku meminta cerai darinya. Aku tau betul sifatnya.”<br />
<br />
Kali ini dia menatap mataku, sendu. Membalas genggaman tanganku, meremasnya kuat. “Aku mohon, maafkan Rian. Lepaskan dia, Mbak. Izinkan aku memperbaiki hubungan kami.”<br />
<br />
Tidak ini salah, harusnya aku yang memohon maaf padanya. Ah, dia sungguh membuatku merasa semakin rendah dan tak berharga.<br />
<br />
“Akulah yang salah, sekali lagi maafkan aku,” wajahku menunduk, sesekali mengerjapkan mata agar tak ada bulir bening yang meluncur dari sudutnya.<br />
<br />
“Terima kasih, Mbak. Aku doakan semoga Mbak menemukan jodoh yang baik.” Ia tersenyum sebelum akhirnya berpamitan dan meninggalkan aku dengan air mata yang mengalir deras. Menemukan jodoh yang baik? Ah, sungguh kata-katanya membuatku merasa seperti seonggok sampah.<br />
<br />
Terdengar langkah kaki mendekat menghampiri, cepat-cepat kuhapus air mata ini. Sesosok pria menyandarkan tubuhnya pada teralis balkon.<br />
<br />
Rian? Bagaimana bisa dia di sini? Ia kemudian menyalakan sebatang rokok dan membiarkan asapnya mengepul menari-nari di udara kemudian menghilang begitu saja.<br />
<br />
“Maaf,” lirihnya tanpa menoleh.<br />
<br />
Haruskah aku marah pada pria ini, bila pada kenyataannya aku juga bersalah.<br />
<br />
Hening<br />
<br />
Dia masih mengisap rokok di tangannya dan kami sibuk dengan pikiran masing-masing.<br />
<br />
"Dia wanita yang baik, istri yang baik," ujarku pada akhirnya.<br />
<br />
"Ya, dan dia pantas mendapatkan yang lebih baik dariku." Dia tersenyum menoleh ke arahku. Aku tahu ada sakit yang ia coba sembunyikan. "Aku sungguh senang bisa kenal dengan wanita sepertimu."<br />
<br />
Aku tersenyum sinis. "Sampah sepertiku memang gak layak untuk dicintai."<br />
<br />
"Kamu wanita yang baik, hanya butuh perhatian dan teman bicara."<br />
<br />
"Sudahlah! Kita akhiri sampai di sini." Aku beranjak pergi meninggalkannya, meninggalkan cinta yang salah. Seharusnya aku mampu mengendalikan perasaanku hingga tak jadi seperti ini.<br />
<br />
~~~~ Bersambung ~~~~<br />
<br />Punyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-53821520939512672462020-04-28T05:27:00.000-07:002020-04-28T05:28:53.846-07:00Cerbung part 2<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYUxb-US3_5um1ZDriJzGMnVNuVBi8jU5QInOnXgFga6wKNAOhy5wKa9OvKXmD4MAAJ-TVEkpa4fbUi9hI0fQ-j_GENE6qa-K82Yo__yAKYSKpTHhGm5jX-XZvfA61LC1_ZDkUqfU7SjM/s1600/20200427_200749_0000.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1003" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYUxb-US3_5um1ZDriJzGMnVNuVBi8jU5QInOnXgFga6wKNAOhy5wKa9OvKXmD4MAAJ-TVEkpa4fbUi9hI0fQ-j_GENE6qa-K82Yo__yAKYSKpTHhGm5jX-XZvfA61LC1_ZDkUqfU7SjM/s320/20200427_200749_0000.png" width="200" /></a></div>
<br />
<br />
Hari Sabtu Bersamamu 2<br />
Febi Intan T<br />
<br />
Hitam Putih<br />
<br />
Sabtu jadi lebih menyenangkan bersamanya. Kekosongan dan kepenatan seolah luruh saat tangannya menggenggam jemariku di bawah langit yang biru dan hijaunya dedaunan. Walau hanya dua jam saja.<br />
<br />
Dia lebih banyak mendengarkanku bicara, tanpa menyela. Membuatku tertawa dengan setiap candanya. Andai bisa aku ingin waktu ini terhenti saat kami bersama.<br />
<br />
***<br />
<br />
Rumah telah bersih, tak ada mainan yang tergeletak di setiap ruangan seperti siang tadi. Cucian telah terpajang cantik di raknya, jemuran pun terlipat rapi di keranjang untuk kusetrika esok hari.<br />
<br />
Azan Magrib berkumandang, saatnya mengajak anak-anak salat bersama lalu mengajari mereka mengaji.<br />
<br />
“Kak Danu, Nai, kita salat sama-sama, yuk!” ajakku pada mereka yang sedang asyik menonton kartun.<br />
<br />
Danu dan Nai bersorak senang. “Nai au udu,” ujar gadis berponi itu.<br />
<br />
Kami pun menuju kamar mandi untuk berwudu, kemudian salat Magrib bersama.<br />
<br />
Ada ganjalan di dadaku setiap kali dahi ini menyentuh sajadah yang terbentang. Rasa malu dan bersalah menggelayut dalam hati juga pikiranku.<br />
<br />
Aku tahu ini salah, tapi sekuat aku menghindarinya, sekuat itu pula rasa ini datang lebih besar. Apakah aku sudah benar-benar jatuh cinta pada pria itu? Maafkan hamba-Mu ini, ya, Allah.<br />
<br />
“Mah—naik uda.” Naila yang mencoba naik ke punggung menyadarkanku untuk bangkit dari sujud. Perlahan aku bangkit agar tak membuat gadis kecil itu terjatuh.<br />
<br />
Setelah selesai salat dan menemani mereka mengaji, aku mengambilkan makan malam dan menyuapi mereka.<br />
<br />
“Mah. Papah, kok, gak pulang-pulang, sih?” Danu bertanya padaku sembari mengunyah makanannya.<br />
<br />
“papah, kan kerja, Sayang.”<br />
<br />
Kulihat jarum panjang pada jam dinding menunjuk di angka tujuh. Waktu kerja Mas Tomo memang hanya sampai jam lima sore, tapi biasanya bila tak berkumpul dengan teman-temannya, ia akan terlambat pulang karena mampir dulu ke rumah orang tuanya. Namun, ia tak mengirimiku kabar, seperti biasa. Suamiku akan menjelaskan alasan keterlambatannya pada saat pulang ke rumah, menanyakan lewat WA atau telepon pun percuma, dia tak pernah mengangkat atau membaca pesanku.<br />
<br />
Gawai di meja berbunyi, pesan dari seseorang yang bernomor belakang 852. [P].<br />
<br />
Segera kubalas pesannya. [Ya?].<br />
Dialah pemilik rindu di hari-hariku, dia pulalah penyebab aku merasa malu untuk menangisi rasa bersalahku. Ah, tidak. Kenapa aku harus mengkambing hitamkan orang lain atas ketidakmampuan mengendalikan perasaanku sendiri.<br />
<br />
Aku memintanya untuk tak mengirimi pesan apapun kecuali hurup “P” sebelum aku membalasnya.<br />
<br />
“Mah, antuk!” Terdengar suara Naila memanggil, kulihat matanya sudah sayu dan beberapa kali menguap.<br />
<br />
“Naila udah ngantuk, ya? Bobo, yuk!” Pandanganku beralih pada anak lelaki yang masih asyik menonton televisi. “Danu masih mau makan? Sedikit lagi, nih!”<br />
<br />
Dia menggeleng tanpa menoleh. “Kenyang, Mah!”<br />
<br />
“Minum kalau udah makannya! Mamah mau boboin Naila dulu, ya.”<br />
<br />
Tak ada jawaban dari anak sulungku. Aku kemudian menggendong Naila menuju kamar, memilih satu buku cerita untuk dibacakan pada gadis kecil itu sebelum tertidur pulas.<br />
<br />
Aku teringat WA dari Rian, Handphone kugeletakkan begitu saja di meja saat Naila memanggil tadi. Aku mengecup kening Naila yang sudah memejamkan mata, kemudian meninggalkannya.<br />
<br />
Kulihat sudah ada tiga pesan dari Rian.<br />
<br />
[lagi ngapain, Fa? Aku ganggu, gak?]<br />
<br />
[Aku kangen sama kamu]<br />
<br />
[Kita ketemu lagi, ya, Sabtu depan!]<br />
<br />
Jariku menari di atas layar benda persegi panjang yang kupegang, mengetik balasan untuknya. [Ya, kita ketemu lagi nanti di tempat biasa. Terima kasih udah nemenin aku tadi.]<br />
<br />
Manik mataku melirik ke arah di mana anak lelakiku berada, ternyata Danu sudah tertidur di sana. Gawai kuletakkan di saku daster. Lebih baik lauk pauk aku hangatkan, mungkin suamiku ketika pulang ingin makan.<br />
<br />
***<br />
<br />
Kukerjapkan mata beberapa kali, aku tertidur di kamar Danu setelah selesai mencuci wajan bekas memanaskan masakan, kemudian memindahkan si sulung yang tertidur pulas di ruang televisi.<br />
<br />
Aku terbangun saat mendengar pintu terketuk, sepertinya itu Mas Tomo. Segera aku menuju di mana suara itu berasal, memutar kunci sambil menoleh ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam.<br />
<br />
“Belum tidur?” tanyanya saat melihatku.<br />
<br />
“Kebangun.” Aku mencium punggung tangan lelaki itu lalu menutup pintu kembali. “Mau makan?”<br />
<br />
“Udah. Tadi Ibu nyuruh ke rumah sepulang kerja, beliau nyuruh bawain ini buat kamu.” Dia menyerahkan rantang makanan padaku. "Aku ketiduran di sana," jelasnya.<br />
<br />
“Kamu sendiri udah makan?” tambahnya<br />
<br />
Aku menggeleng di belakangnya yang tentu saja tak bisa ia lihat.<br />
<br />
“Aku ganti baju dulu, ya, terus tidur. Ngantuk.” Lelaki itu menoleh sesaat lalu berlalu pergi.<br />
<br />
Hmmm, aku membuang napas kasar menatap punggungnya yang semakin menjauh dari pandangan. Baiklah, lebih baik aku menyusulnya tidur setelah menyimpan rantang ini di kulkas.<br />
<br />
***<br />
<br />
[Assalamu’alaikum, Mba] nomor tak kukenal mengirimiku pesan lewat WA. Penasaran, kulihat foto profilnya. Seorang wanita muda berparas cantik mengenakan jilbab berwarna biru muda, tapi siapa dia? Aku tak mengenal wajahnya.<br />
<br />
[Wa’alaikumsalam. Siapa, ya? Ada apa?] Kusentuh layar untuk mengirim pesan itu padanya.<br />
<br />
[Aku keluarga dari Rian, bisa ketemu pagi ini?]<br />
<br />
Dahiku mengerut membaca pesannya. Keluarga? Untuk apa keluarga Rian menghubungiku? Jangan-jangan ada apa-apa dengannya, tapi tahu dari siapa wanita ini nomor whatsappku. Mungkinkah pria itu menceritakan tentang kami kepada keluarganya? Tiba-tiba saja rasa cemas juga takut menyergap pikiranku.<br />
<br />
#FB 18 Sept 2019<br />
<br />
~~~Bersambung~~~<br />
<br />Punyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-64329552912612428282020-04-27T08:16:00.001-07:002020-04-28T05:30:25.899-07:00Cerbung part 1<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimU_9OcdS4QRjvbyQjiyyaGvgWQBC949lggVpG8pQWkjeV-yNj2i6feDjEr3FIyAUs7kdmZmKKX45IucHW4ly47F5mSkr_hYb5LfIYtP6y4Tf-tAJq4wEfv9uUIX9ScteGNEBRxyoH-k8/s1600/20200427_200749_0000.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1003" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimU_9OcdS4QRjvbyQjiyyaGvgWQBC949lggVpG8pQWkjeV-yNj2i6feDjEr3FIyAUs7kdmZmKKX45IucHW4ly47F5mSkr_hYb5LfIYtP6y4Tf-tAJq4wEfv9uUIX9ScteGNEBRxyoH-k8/s320/20200427_200749_0000.png" width="200" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />
Hari Sabtu Bersamamu<br />
By. Febi Intan T<br />
<br />
<br />
Terlarang<br />
<br />
<br />
Benda bundar yang menggantung di dinding mengarah pada angka enam, lauk pauk dan nasi hangat telah terhidang di meja makan. Terdengar dari kamar mandi guyuran air yang bersentuhan dengan lantai.<br />
<br />
“Pah, mau buat kopi?” kataku setengah berteriak di depan pintu toilet.<br />
<br />
“Gak usah!”<br />
<br />
Setelah mendengar jawaban dari suami, aku melangkah ke kamar anak sulungku. Membangunkannya untuk segera bersiap berangkat sekolah.<br />
<br />
“Danu—“ Kuciumi pipi yang menggemaskan itu. Dia menggeliat dengan mata yang masih terpejam. “Bangun, Sayang! Hayu, sekolah.”<br />
<br />
“Emmh, masih ngantuk, Mah,” gumamnya.<br />
<br />
“Udah, biarin, Mah. Masih jam enam lebih dikit ini,” Suamiku yang masih mengenakan handuk berhenti sejenak lalu melangkah kembali menuju kamar kami untuk berpakaian.<br />
<br />
Aku meninggalkan Danu yang masih memeluk guling kesayangannya. Membuka kran mesin cuci, membiarkannya penuh untuk kemudian menggiling pakaian kotor yang sudah menumpuk di keranjang. Yah, beginilah keseharianku. Bangun paling awal, menyiapkan sarapan lalu membereskan segala hal yang menyangkut pekerjaan rumah.<br />
<br />
Lelah? Sedikit, tapi lebih condong dengan kata bosan. Seluruh waktu yang kuhabiskan selama dua puluh empat jam hanyalah bergerumul dengan tiap sudut ruang.<br />
<br />
Dulu, aku membunuh kata penat dengan cara merajut. Kadang menyulap gulungan benang itu menjadi taplak meja, syal dan juga sweater untuk si bungsu. Namun, suamiku bilang untuk membeli perlengkapannya itu hal yang hanya membuang-buang uang. “Bukannya lebih baik dipakai untuk membeli kebutuhan anak?” Begitu dia bilang. Sayang yang dikatakannya itu benar. Kenapa hobbyku tak dijadikan ladang untuk mencari penghasilan? Aku belum semahir itu, rajutanku belum layak untuk diperdagangkan.<br />
<br />
“Mah!” Danu memanggilku dari ruang tengah. “Mah, mandi!” serunyanya lagi.<br />
<br />
“Jangan teriak-teriak, Nak! Nanti Naila bangun.” Aku memutar tombol peras pada mesin cuci lalu meninggalkannya.<br />
<br />
Danu mengucek-ngucek matanya yang masih terlihat mengantuk. Aku membuka baju anak berusia empat tahun itu, lalu membawanya ke kamar mandi.<br />
<br />
“Mah, aku sarapan duluan, ya!” Mas Tomo melongokkan wajahnya ke arah kamar mandi. Aku yang sedang menyabuni Danu mengiyakan tanpa menoleh padanya.<br />
<br />
“Mah, andi!” Naila ternyata sudah bangun, melihat aku memandikan kakaknya, Danu, ia ingin ikut dimandikan juga. Setelah mengeringkan tubuh Danu, aku memintanya untuk menunggu di ruang tipi sementara adiknya dimandikan.<br />
<br />
Selesai memandikan dan memakaikan pakaian pada keduanya, aku memutar kembali tombol mesin cuci ke kata “cuci” lalu mengucurkan air ke dalamnya. Sembari menunggunya penuh, aku mengambil sarapan untuk kedua anakku lalu menyuapi mereka. Kulihat di luar sudah tak ada motor Mas Tomo, sepertinya dia sudah berangkat kerja.<br />
<br />
***<br />
<br />
“Bu, aku titip Naila sebentar, ya. Ada janji sama ibu-ibu TK Danu,” ucapku beralasan pada Ibu. Sengaja aku mampir ke rumah orang tuaku setelah mengantarkan Danu ke sekolahnya.<br />
<br />
“Lama, gak?” tanya ibu sambil menciumi pipi gadis kecil yang berusia dua tahun di gendonganku.<br />
<br />
“Gak, paling lama dua jamlah. Sekalian bubar sekolah.” Aku menurunkan Naila beserta peralatan untuknya yang kutaruh di sofa.<br />
<br />
Setelah mencium tangan yang dipenuhi kerutan akibat usia itu, aku mengendarai motor menuju suatu tempat.<br />
<br />
Sudah sebulan ini setiap hari Sabtu aku menemuinya. Bertemu seseorang yang membuat debaran aneh di dadaku kembali terasa, seseorang yang membuatku kembali menyadari bahwa aku seorang wanita yang membutuhkan cinta.<br />
<br />
Motor kuparkir tepat di depan sebuah restoran. Hawa sejuk langsung menyapa tatkala pintu kaca terbuka, entah karena pendingin ruangannya ataukah karena senyum seorang pria yang menyambutku dengan tatapan hangatnya.<br />
<br />
Sudut bibirku ikut tertarik saat pandangan kami bertemu, kakiku perlahan mendekat lalu duduk di hadapannya. “Udah lama,” tanyaku membuka percakapan.<br />
<br />
“Engga, tuh kopinya juga masih penuh.” Manik mata kecokelatan itu melirik pada cangkir yang ada di meja. “Udah sarapan?”<br />
<br />
Aku menggeleng. Makanan yang kumasak di rumah memang tidak sempat kusantap, karena harus segera mengantarkan Danu.<br />
<br />
“Nasi goreng mau?” tawarnya.<br />
<br />
“Ya, boleh. Kamu?”<br />
<br />
“Aku nyicip punya kamu aja, deh! Tadi aku udah sarapan soalnya.”<br />
<br />
“Oh, oke!”<br />
<br />
Dia memanggil pelayan, memesan satu porsi nasi goreng hati ayam juga dengan jus tomat kesukaanku.<br />
<br />
Namanya, Rian. Dia memang setahun lebih muda dariku. Duda tanpa anak. Kami bertemu tak sengaja saat aku yang membawa Danu dan Naila tengah kerepotan dengan beberapa plastik hasil berbelanja bulanan. Sigap pria ini menolongku membawa kantung belanjaan. Aku dan dia lalu berkenalan sambil menyantap makan siang tak jauh dari mall tempat kami bertemu. Lalu perkenalan itu berlanjut dengan percakapan ringan lewat jejaring sosial.<br />
<br />
Seiring waktu, aku mulai nyaman bersamanya. Perasaan rindu datang di antara kami secara sembunyi-sembunyi, hanya aku dan dia yang mengetahuinya.<br />
<br />
Sabtu jadi lebih menyenangkan bersamanya. Kekosongan dan kepenatan seolah luruh saat tangannya menggenggam jemariku di bawah langit yang biru dan hijaunya dedaunan. Walau hanya dua jam.<br />
<br />
<br />
Cerpen #FB 17 Sept. 2019<br />
<br />
Bersambung.<br />
<br />Punyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-71425044257717421752020-04-22T01:14:00.001-07:002020-04-22T01:28:13.814-07:00Cerpen<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiF2_qA02bdomC55nd4iNXo7zS7wLsSy5ow_i9THQ9rZ6MJfr6OjTuVUgyxSzqTHwgtDFJtDMVHbjyhDyBXFOVE4HQlkUkf2TQwxjdIyc_aofDgKS7YK7h3dmJfWNkYNgjYw_rZC0_xrDA/s1600/20200422_150131_0000.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiF2_qA02bdomC55nd4iNXo7zS7wLsSy5ow_i9THQ9rZ6MJfr6OjTuVUgyxSzqTHwgtDFJtDMVHbjyhDyBXFOVE4HQlkUkf2TQwxjdIyc_aofDgKS7YK7h3dmJfWNkYNgjYw_rZC0_xrDA/s320/20200422_150131_0000.png" width="320" /></a></div>
<b></b><br />
<div style="text-align: center;">
<b><b>Ayahku Lebay</b></b></div>
<b>
</b>
<br />
<div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-weight: 700;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
By. Febi Intan T</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ayaaah!” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suara Ibu berteriak, saat sinar matahari baru saja menguapkan embun yang menggelayut manja di ujung dedaunan dan rumput-rumput di halaman. Ayah yang sedang asyik menyeruput secangkir kopi di hari liburnya, terlonjak kaget mendengar suara berintonasi tinggi. Dengan tergesa, ia segera menghampiri Ibu yang sedang berada di kamar mandi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ada apa, Bu?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ini, loh, Farhan. Dari tadi susah banget diajak mandi. Udah masuk kamar mandi malah gak mau lepas baju," ujar Ibu kesal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wajah Farhan menunduk, takut jika Ayah marah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kenapa, Han? Udah mau siang. Gak malu sama matahari yang udah bersinar terang menerangi bumi?" </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Lebay, deh, Ayah!" kataku, yang sedari tadi memperhatikan mereka dari pintu dapur, menunggu tempe goreng yang siap dibalik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ayah menatap ke arahku. Ia lalu memonyongkan bibir, mengirim cium jauhnya. Bahuku bergidik, menutup wajah dengan piring untuk tempat tempe nanti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Farhan gak mau mandi, Yah--” ucap Farhan nyaris tak terdengar dengan pandangan mata yang menunduk.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Loh, loh. Kenapa?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ayah lalu masuk ke kamar mandi menggantikan Ibu, sedang Ibu melanjutkan menjemur sebagian pakaian yang telah dicuci subuh tadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Farhan takut. Tadi malam, saat buang air kecil, Farhan liat kecoak di dekat bak mandi, Yah."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Apa? Kecoak?" Mata ayah sedikit membulat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Lebay!” seruku, sambil mematikan kompor.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Mbak!"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ayah memanggilku yang sedang lewat melintas setelah selesai menggoreng tempe.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Apa, sih, Yah?” sungutku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Adik kamu liat kecoak!” kata Ayah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Terus kenapa, Yah? Kita ‘kan emang pelihara kecoak, tikus, cecak juga semut,” candaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ish, Mbak, nih!” Ayah memajukan bibirnya, merajuk.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Wah, iya. gawat itu! Kecoaknya nanti gigit burung Farhan yang belum sunat," selorohku menakuti Farhan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bibir Farhan mulai melengkung ke bawah, siap mengeluarkan suara tangisnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Stop!" kata Ayah, telunjuknya menyentuh bibir Farhan. "Kamu mau kecoaknya pergi dan gak datang lagi, ‘kan?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Farhan manggut-manggut, matanya menatap mata ayah yang sedang memasang mimik serius di hadapannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
" Ayo, kita cuci baju Farhan! Bajunya dilepas, Nak! Kecoak suka yang kotor dan bau." Ayah mengambil sebuah ember kecil di pojok pintu kamar mandi. "Mbak, ambilin detergen di dekat mesin cuci!"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Aku pula." Dengan terpaksa aku mengambil sabun untuk cuci baju yang tak begitu jauh dari tempatku berdiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Nih, Yah!" </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanganku menyodorkan sebungkus detergen pada lelaki berkulit sawo matang itu. Ayah ternyata sudah berhasil membuat Farhan mau melepas baju.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku lalu meninggalkan mereka untuk melihat acara kesukaanku di televisi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ayo, Yah! Bikin balonnya lebih besar!"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suara Farhan dan Ayah terdengar sampai ruangan di mana aku sedang menonton acara kuis kesukaan. mereka sepertinya sedang bermain gelembung sabun. Acara mandi yang panjang. Yah, begitulah ayah kami, ada saja idenya untuk membuat anak-anaknya beraktivitas dengan cara yang menyenangkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sekarang Farhan gak usah takut lagi! Kecoaknya gak akan berani datang,” ujar Ayah sambil menghanduki badan kecil Farhan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Bener, Yah? Emang kenapa?” ucap Farhan sedikit tak percaya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tadi, kan kita udah bersihin kamar mandinya, baju kotor Farhan juga dicuci, Farhan sendiri udah wangi.” Ditempelkan Idung Ayah pada lengan Farhan, lalu ia sedikit mendengus. “Kecoak gak akan berani kalau kita bersih begini.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Mbak, masih bau tuh, Yah. Belum mandi!” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Farhan mengarahkan jari telunjuknya kepadaku. Sepasang mata itu mendelik, menatap tajam ke arahku yang sedari tadi mendengar perbincangan mereka, disela jeda iklan di televisi. Aku hanya memamerkan senyum malu-malu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ayaaah!"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku memanggil ayah dari halaman rumah. Sesaat kemudian ayah keluar menghampiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kenapa, Mbak?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Sepedaku, bannya kempes." Bibirku sengaja di monyongkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Oh, sebentar!"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ayah masuk kembali ke rumah. Tak berapa lama, ia kembali membawa pompa. Lelaki itu mulai memasukkan selang pompa ke pentil sepeda, lalu mulai memompa rodanya yang kempes.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Nah, udah. Mbak mau sepedaan ke mana?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Gak tau, mau main tapi gak ada teman." Sengaja aku memasang wajah memelas di depan Ayah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Farhaaan!" Ayah memanggil anak berusia lima tahun itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Apa, sih, Yah? Teriak-teriak," tanya Ibu yang membawa bungkus belanjaan, ia baru saja kembali dari warung dekat rumah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Loh, Farhan yang dipanggil, kok, bidadari yang nyaut?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Heleh," ucapku dan Ibu bersamaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya ayah yang masuk mencari Farhan, Lalu keluar kembali dari arah belakang. Ia mengendarai sepeda berboncengan dengan anak lelakinya itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ayo, Mbak! Kita jalan-jalan!."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Mau ke mana, Yah?" tanya ibu</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Muter keliling kompleks aja, Bu. Ibu masak yang enak, ya! Kita gak lama. Ibu jangan rindu! rindu itu berat. Biar Ayah aja!" Ayah mengedipkan sebelah matanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Heleh. Dasar, dilanda kegombalan!" ujar Ibu sambil melangkah pergi, memasuki rumah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami bertiga mengendarai sepeda, mengayuh roda dua melewati beberapa blok di kompleks perumahan. Setelah kaki terasa pegal, kemudian kami berhenti sejenak di taman untuk istirahat. Ayah, aku dan Farhan duduk di bundaran, di mana terdapat pohon yang rindang. Sesekali embusan angin menerpa tubuh, terasa sejuk menyentuh bulir keringat di kulit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Senja menggelincir, langit berubah menjadi gelap. Pintu dan jendela sudah tertutup rapat sejak magrib tadi. Cahaya alam digantikan oleh sinar lampu yang menerangi tiap sudut ruang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di ruang keluarga, Farhan tengah merengek. Ia bersikukuh tak mau tidur di kamarnya sendiri. Adikku meminta tidur dengan Ayah dan Ibu. Ibu sudah berusaha membujuk anak lelakinya itu, tapi tetap tidak berhasil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kenapa? Biasanya Farhan pinter, mau bobo sendiri," ucap Ibu dengan jemari membelai rambut Farhan di pangkuannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Iya. kenapa, Nak?" Ayah pun ikut bertanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Mbak Ratih cerita, katanya ada hantu di kamar." Bibir anak lelaki itu mengerucut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sontak dua pasang mata itu mendelik ke arahku yang sedang berpura-pura membaca buku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Gak ada! Hantunya lagi sibuk baca buku," sindir Ibu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Emmm, gitu ya? Farhan sama Mbak udah salat Isa belum?" tanya Ayah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku dan Farhan menggeleng bersamaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Pantesan. Yang satu takut, yang satu nakutin," ujarnya, "ayo, wudu terus salat Isa! Hantu takut sama orang yang badannya bersih dan sudah salat.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku dan adikku pun segera melaksanakan apa yang ayah perintahkan. Kami bertiga bersiap untuk salat berjamaah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ibu gak salat?" tanya Farhan, melihat Ibu asyik nonton sinetron kesayangan ‘Handphone yang Tertukar’.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ibu datang bulan," jawab Ibu dengan mata yang fokus pada layar televisi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Bulan? Farhan juga mau liat!” katanya antusias.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dahi Ibu mengerut. Bukan karena faktor usia, tapi karena keinginan anak lelakinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Udah buruan salat sana!"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ish, jangan gitu dong, Bu, jelasinnya!" tukas Ayah. "Ibu lagi gak salat, lagi keluar darah kotor jadi dilarang salat, Nak."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kasihan Ibu.” Raut wajah adikku mendadak sedih. “Kita bawa ke dokter, Yah!" ajak Farhan menarik tangan ayah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku terkekeh melihat celotehan Farhan yang usianya beda sembilan tahun denganku itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ish, udah ayo salat!" Ayah menggandeng tangan Farhan menuju kamarnya, aku mengikuti langkah mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami tidur di kasur Farhan yang cukup untuk bertiga. Ayah mengeloni Farhan yang akan tidur, sedang aku berbaring di samping adikku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Malam ini mau baca buku cerita apa?” tanya Ayah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Farhan bangkit, lalu melangkahkan kaki kecilnya. Ia memilih buku yang berjejer rapi di rak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini aja, Yah!” Dia mengambil dan menunjukkan buku berwarna hijau dengan judul ‘The Giving Tree’.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Buku dengan gambar sebatang pohon dan seorang anak laki-laki. Buku itu bercerita tentang pohon yang selalu memberi tanpa pernah meminta apa pun sebagai balasan kebaikannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah membacakan buku cerita, Ayah memintaku membimbing Farhan melafalkan surat-surat pendek dan doa mau tidur. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kalau mau tidur Farhan harus baca doa, biar Allah ngelindungin Farhan. Hantu juga takut sama anak yang gak lupa baca doa. Oke?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Oke!" sahut Farhan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Yuk, baca doa mau tidur!” Tanganku ditengadahkan ke atas, dengan ekor mata yang sengaja melirik Farhan. Setelah aku yakin lelaki kecil itu mengikuti, barulah kami mulai membaca doa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak lama akhirnya Farhan pun tertidur lelap, Ayah juga ikut tertidur di sampingnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tersenyum sendiri menatap wajah Ayah yang dihiasi kumis tipis dan sedikit janggut di wajahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ayah memang sedikit lebay, tapi karena itu ia menjadi ayah yang menyenangkan di seluruh dunia. Aku sayang Ayah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
03 Agustus 2019</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita ini aku persembahkan untuk Bapakku yang selalu ada untuk anak-anaknya dan juga untuk Ayah dari anak-anak kami, Azkhansa. Terima kasih sudah menjadi ayah yang sering menghabiskan waktu untuk bermain dengan mereka setelah seharian lelah mencari nafkah.</div>
</div>
Punyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-26550929262782305722020-04-07T04:27:00.001-07:002020-04-07T04:27:40.751-07:00<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNQPF0gu5ylnWznWy0CWaxsG68vv3mIK9BlkIIt3l7WZ5hBaQs9U7V8dt1iKy1IaG_4IEZUgfLAZs8ur88l01f6uUdwoUB3I2fXVwqsJCtGVrL-DsVTJpb1kXOGiwoXl3YlBRMJyhEFcE/s1600/PhotoGrid_1586258443688.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="832" data-original-width="1600" height="166" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNQPF0gu5ylnWznWy0CWaxsG68vv3mIK9BlkIIt3l7WZ5hBaQs9U7V8dt1iKy1IaG_4IEZUgfLAZs8ur88l01f6uUdwoUB3I2fXVwqsJCtGVrL-DsVTJpb1kXOGiwoXl3YlBRMJyhEFcE/s320/PhotoGrid_1586258443688.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
Penulis : Febi Intan T<br />
<br />
<br />
MENUA BERSAMAMU<br />
<br />
<br />
Sudah berapa hari ini aku melihat suamiku bersikap tak biasa. Wajah yang telah dihiasi banyak kerutan itu tampak murung, tatapan sendunya selalu tertuju pada pohon mangga di halaman rumah. Sesekali terdengar desahan napas darinya, seolah-olah ada yang tengah ia risaukan. Bahkan kini ia tak pernah lagi mengajakku bicara, seperti menceritakan banyak hal tentang masa lalu atau pun segala macam yang terlintas di pikirannya. Hanya hal-hal penting, seperlunya saja.<br />
<br />
Apa ini karena rindu bertemu anak dan cucu? Lagi-lagi ia menyangkal saat kutanyakan hal itu untuk yang kesembilan kalinya. Mungkin memang bukan hal itu yang membuatnya seperti ini, lagi pula rumah anak-anak tak jauh dari sini. Mereka seminggu sekali selalu mengunjungi kami.<br />
<br />
Ia tetap murung, duduk melamun berjam-jam memandang pohon mangga yang sudah lama tak berbuah. Lelaki dengan banyak uban itu hanya akan bergeming untuk memenuhi panggilan azan atau saat menyesap teh manis hangat dan gorengan di bale panjang tempat ia menghabiskan waktu.<br />
<br />
Pagi ini saat matahari tengah merangkak naik, tatapan sendunya beralih padaku yang sedang menampi beras di teras. Sepertinya kali ini pesona pohon mangga telah berhasil aku kalahkan.<br />
<br />
"Bu," panggilan itu terdengar lirih dari mulut yang menampakan gigi tak lagi utuh.<br />
<br />
Aku yang memang sedang memandang wajah dengan sisa-sisa kharisma itu hanya menunggu kata-kata selanjutnya. Ia merenung, memandang lurus.<br />
<br />
"Bu," ucapnya lagi. Sepertinya kali ini ia telah menemukan barisan kalimat yang tepat untuk diungkapkan. "Apa setelah dibangunkan dari kematian, kita akan bersatu lagi sebagai suami istri?"<br />
<br />
"Itu Misteri kan, Pak?"<br />
<br />
"Ya, tapi bapak sangat berharap bidadari surgaku itu sampean."<br />
<br />
Lihatlah sudah setengah abad lebih usia, tapi rayuannya masih melelehkan seperti saat muda dulu.<br />
<br />
"Memang sudah pasti masuk surga apa, Pak?" Aku tersenyum sambil melanjutkan mencari gabah atau kutu beras yang terlihat mata tuaku.<br />
<br />
"Semua pasti pengen toh, Bu--" Ia sejenak terdiam, menarik napas lalu melanjutkan kembali ucapannya. "Akhir-akhir ini dadaku kok, ya, sesek tiap ngebayangin gak ada kamu. Seperti pohon mangga itu, berdiri sendiri. Biarlah aku duluan, Bu."<br />
<br />
Mendung menggelayut di mata yang tak lagi berbinar itu. Kuletakkan tampi, melupakan kegiatan pagi ini. Meremas tangan yang kulitnya tak lagi kencang milik kakek bercucu empat di sampingku.<br />
<br />
"Umur itu rahasia Allah, Pak. Siapa pun yang duluan di antara kita harus tetap kuat dan mendoakan." Aku meletakkan tangannya di pahaku, menepuk-nepuknya lembut. "Yang jelas. menjalani kehidupan dan berakhir dalam pelukan suami macem sampean adalah kebahagiaan buat aku."<br />
<br />
Kali ini lelaki yang masih mempesona dalam balutan keriput di kulitnya itu tak bisa lagi menahan air mata. Selama pernikahan, hanya dua kali aku melihatnya menangis. Saat ia menyambut kelahiran anak pertama kami, dan hari ini.<br />
<br />
<br />
CRBN, 05-02-2020<br />
<br />
<br />Punyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-10770339061667806142020-04-06T19:01:00.004-07:002020-04-06T19:01:34.699-07:00<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn3TtauySGaYN6RxtZIoa8zui_Sb9NeiiE1iFbuYHCXQV_UrS3ZmAaVh2j9UOM-wRrMyCAur2t-Xn28cmoEZkk8Tim6MTnpOUXr0J2xTVjDTplUooRMjT7w-stf7-x-cqDkFb5Pl0otH4/s1600/PhotoGrid_1586224525796.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1024" data-original-width="1568" height="208" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn3TtauySGaYN6RxtZIoa8zui_Sb9NeiiE1iFbuYHCXQV_UrS3ZmAaVh2j9UOM-wRrMyCAur2t-Xn28cmoEZkk8Tim6MTnpOUXr0J2xTVjDTplUooRMjT7w-stf7-x-cqDkFb5Pl0otH4/s320/PhotoGrid_1586224525796.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
Penulis : Febi Intan T<br />
<br />
RUMAH IMPIANKU<br />
<br />
<br />
Hampir setengah jam sudah aku meringkuk di sudut kamar, ditemani Air mata yang tak henti membanjiri pipi. Telah kututup rapat pintu serta dua telinga dengan tangan, tapi teriakan-teriakan masih saja jelas terdengar.<br />
<br />
Mereka bilang rumahku adalah surgaku. Namun, itu sungguh tak berlaku bagiku. Hawa panas terasa nyata begitu masuk ke dalamnya, percikan sedikit saja langsung menciptakan kobaran yang siap membakar para penghuni. Tak ada sedikit pun ketenangan di sini, kau tak akan pernah menemukannya di rumah ini.<br />
<br />
Prank!<br />
<br />
Aku menutup daun telinga lebih kuat dari sebelumnya. Kini bukan lagi suara gaduh dari mulut-mulut yang terus saling memaki satu sama lain, tapi benda pecah belah yang terbanting mencium keramik. Entah piring, gelas atau kah cermin.<br />
<br />
Beberapa saat setelah itu, terdengar suara bantingan pintu disusul isakan tangis ibu. Seperti biasa. Yah, selalu seperti itu. Ayah akan pergi, dan ibu menangis--meraung layaknya anak kecil.<br />
<br />
***<br />
<br />
Mata ini perlahan terbuka, terlihat ibu menggenggam tanganku yang telah tertancap jarum inpus. Ia menyeka bulir bening yang menetes di pipinya.<br />
<br />
"Kamu gak papa, Nak? Apa yang dirasa?"<br />
<br />
Sungguh aku ingin mengatakan pada ibu bahwa aku tak baik-baik saja. Dada ini terasa sangat sesak. Namun, lidah terasa kelu untuk mengatakannya. Apa hal itu yang membuatku berada di sini? Terakhir yang kuingat, aku sedang bersembunyi di kamar ketika mendengar pertengkaran ayah dan ibu. Tak berapa lama, terdengar tangisan yang begitu menyayat dari perempuan yang telah melahirkanku itu. Saat aku hendak berdiri menghampirinya, tubuhku berguncang hebat lalu semua terasa gelap.<br />
<br />
Kepalaku terasa sangat berat, mata ini seolah-olah ingin terpejam lebih lama. Andai saja suara bariton milik ayah tak terdengar saat itu juga, mungkin hati ini berdoa agar lebih baik Tuhan membawaku ke rumah yang baru. Rumah di mana tak ada pertengkaran dan caci maki di dalamnya.<br />
<br />
"Dira kenapa, Rat?"<br />
<br />
Ibu hanya menangis menjawab pertanyaan lelaki yang baru saja datang. Mataku menangkap sesuatu yang tak pernah dilihat sebelumnya. Ibu menenggelamkan diri dalam dekapan ayah.<br />
<br />
"Dira rela sakit lebih lama," lirihku.<br />
<br />
Mereka berdua menatapku, lalu keduanya saling beradu pandang. Ada mendung menggelayut di antara keduanya saat bersamaan menggenggam tanganku, erat.<br />
<br />
"Maafkan ibu ...."<br />
<br />
"Maafkan ayah juga, Nak."<br />
<br />
Aku tersenyum lemah melihat mereka saling berangkulan. Sesak di dadaku pun berangsur menghilang. Sungguh aku tak menginginkan apa pun, selain tawa mereka di rumah sederhana yang kami punya.<br />
<br />
<br />
Crbn, 06022020Punyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-16234322747272247202020-04-06T06:12:00.002-07:002020-04-06T06:12:51.410-07:00<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzLK0UWjBxO4YaHzHtvNmAHg5yyuu664v0ukKv0PG81DQOphn-kAZIc1aEOax8q9auSvNPQasEAx6GX3f0tgRfZFVrGf4Rsh4_bj7D90YLpF0wjpTaZ6Wwh4UbNx3IJeNE7ESxRMHtEf8/s1600/PhotoGrid_1586177682027.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1024" data-original-width="1520" height="215" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzLK0UWjBxO4YaHzHtvNmAHg5yyuu664v0ukKv0PG81DQOphn-kAZIc1aEOax8q9auSvNPQasEAx6GX3f0tgRfZFVrGf4Rsh4_bj7D90YLpF0wjpTaZ6Wwh4UbNx3IJeNE7ESxRMHtEf8/s320/PhotoGrid_1586177682027.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
Bayangan Kesedihan<br />
<br />
<br />
Gemercik hujan semakin riuh terdengar seiring rinainya yang turun dengan deras. Aku menikmati suasana ini sambil mendengarkan lagu Adult oleh Sondia di bawah anak tangga menuju kelas.<br />
<br />
Embusan angin dan musik yang mengalun lewat <i>headphone</i> seolah-olah memindahkan langit mendung ke dalam mataku dan kemudian hujan turun di dasar hatiku. Sungguh ini adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, tapi diri ini menikmatinya hingga larut dalam kesedihan yang tercipta begitu saja.<br />
<br />
Musik itu terus mengalun berlomba dengan bunyi air hujan yang turun.<br />
<br />
Satu persatu bayangan kesedihan itu muncul saat aku memejamkan mata, menikmati aroma hujan dan lirik lagu yang kuhafal.<br />
<br />
Bayangan sesosok lelaki bergelar ayah yang telah lama tak ditemui, tapi luka yang diberi tetap setia menggores hati.<br />
<br />
Tak berapa lama bayangan itu berganti oleh senyuman seorang wanita yang dipanggil ibu dengan kedua tangan merentang saat menyambutnya pulang. Ia lebih merindukan kejadian seperti itu daripada kehadiran ayah. Lebih tepatnya gadis ini membenci ayahnya, kurasa lelaki itulah penyebab sang ibu kini terpaksa harus pulang larut malam. Mungkin menyeleksi siapa yang lebih tepat untuk menggantikan posisi sang ayah untuk gadis ini, karena hampir tiap hari wanita itu pulang dengan lelaki yang tak sama. Entahlah.<br />
<br />
Sesaat aku menghela napas panjang, membuka kedua mata tepat pada dahan yang menari tersentuh rintik hujan.<br />
<br />
Aku mematikan musik di gawai, beralih pada fitur perekam suara.<br />
<br />
“Ini hampir sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Langit yang mendung dan hujan turun sangat deras. Aku pun duduk di sini, di tempatmu.” Aku menghela napas, memandang lapangan basket yang sepi dalam guyuran air hujan.<br />
<br />
“Aku mengerti kenapa lesung pipimu kini jarang terlihat lagi. Kesepian itu sepenuhnya telah membuatmu menjadi gadis dengan wajah muram. Dan itu sangat jelek, kau tahu itu?” Aku tersenyum kecil pada gawai dalam genggaman.<br />
<br />
“Bukankah kau tahu? Saat dalam rahim ibu, kita sendirian. Kelak, saat mati pun kita sendiri. Lalu, untuk apa kau larut dalam kesendirian dan kesepian ini. Kau lebih beruntung daripada aku. Setidaknya kau masih bisa bertengkar dengan ibumu, bisa mencari ayahmu lalu memakinya sepuasmu, dan berusaha tersenyum bercanda dengan teman-temanmu. Sedang aku?” Bibir ini tersenyum miris.<br />
<br />
“Kuharap setelah mendengar rekaman ini, kau tak lagi duduk melamun sendiri menatap hujan yang turun.” Aku tersenyum kecil seraya menyimpan rekaman suara.<br />
<br />
Dingin seketika menyergap saat perlahan aku meninggalkan raga gadis berlesung pipi ini.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Febi intan T, Crbn 06042020Punyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-5320768839410732552017-10-18T22:02:00.000-07:002017-10-18T22:02:31.992-07:00 4 tahun yang lalu Allah SWT. telah menitipkan amanahNya pada rahimku berupa janin kecil yang telah 9 bulan kami tunggu dengan ikhtiar, do'a dan tawakal, mungkin ini penantian yang memang tidak begitu lama dibanding calon ayah dan ibu lainnya...yakinlah bunda apapun dan kapanpun takdir Allah SWT. itulah yang terbaik bagi hambaNya.<br />
Sebagai calon ibu tentu banyak yang harus dipersiapkan, mulai dari keperluan sikecil hingga pengetahuan dan wawasan orangtua untuk menjaga, merawat serta mendidik sang buah. Sejak dalam kandungan bunda senang sekali mengajak kaka berbincang-bincang, biasanya setelah menunaikan ibadah shalat subuh bunda biasakan senam ringan untuk ibu hamil dan dilanjut jalan-jalan pagi sekitar lingkungan rumah sambil ngobrol dan mengelus-elus perut diselingi nyanyi-nyayian ceria atau sekedar mengenalkan benda-benda yang bunda lihat.<br />
Membangun kelekatan dengan sang buah hati bisa dimulai sejak ia berada dalam kandungan ya bunda, bisa lewat mengobrol santai seperti cerita saya tadi, memberikan ASI dan dengan cara mendongeng.<br />
<i>Mendongeng adalah sebuah kegiatan dengan cara bercerita yang tujuannya untuk hiburan tentang kejadian-kejadian nyata maupun imajinatif yang dapat diambil hikmah dari cerita tersebut dengan melibatkan gesture tubuh, vokalisasi, musik, atau gambar untuk memberikan kehidupan pada cerita</i>. Mendongeng merupakan aktivitas belajar dan melatih aspek emosional dalam kehidupan anak-anak.<br />
Mendongeng bisa menjadi aktivitas berkomunikasi kita dengan anak dengan cara yang menyenangkan, karena anak terlibat langsung dengan cara bermain peran.<br />
<br />
<span style="background-color: yellow;">Beberapa manfaat dari kegiatan mendongeng :</span><br />
<ul>
<li>Memperkuat ikatan batin ; dengan mendongeng menjalin keakraban satu sama lain</li>
<li>Salah satu media dalam menanamkan nilai dan etika kepada anak</li>
<li>Memperkenalkan bentuk emosi dari peran yang dimainkan oleh tokoh dongeng</li>
<li>Memperbanyak kosakata</li>
<li>Merangsang daya imajinasi ; bunda bisa membuat cerita singkat dan pandulah anak untuk melanjutkan cerita tersebut berdasarkan imajinasinya</li>
<li>Mengenalkan budaya lewat cerita yang dibangun</li>
</ul>
Seringkali kita dibingungkan ingin mendongeng apa dan bagaimana ya mendongengnya, ga perlu bingung bunda...karena mendongeng bisa dilakukan dengan berbagai media. Diantaranya adalah ;<br />
<ol>
<li>Mendongeng dengan alat peraga ; kita bisa mempersiapkan alat peraga sesuai dengan cerita yang ingin kita sampaikan. Contohnya : <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHzh1KaTD27EgagUt1UlSalcd8Ms6gE0T2xrA1KFGjFP0wJRRnwddl2lXhO-x5XdPl9NVegjgxqD3q7QT8252SDWNFFvytgPEXSTJ94uS5TAjSGv0pFlgw8BPf1asauIEvVpGdLdUZsxs/s1600/IM1D79%257E6.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="640" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHzh1KaTD27EgagUt1UlSalcd8Ms6gE0T2xrA1KFGjFP0wJRRnwddl2lXhO-x5XdPl9NVegjgxqD3q7QT8252SDWNFFvytgPEXSTJ94uS5TAjSGv0pFlgw8BPf1asauIEvVpGdLdUZsxs/s320/IM1D79%257E6.JPG" width="213" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bercerita tentang binatang laut menggunakan alat peraga yg dibuat daridari flanel dan stick kayu</td></tr>
</tbody></table>
2. Mendongeng dengan cara bermain peran ; tokohnya di perankan oleh ibu, orangtua atau siapapun yang ingin ikut terlibat dalam cerita<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguMFkGymaIA09cNGhpbn-GyzQSKoTVWYG7xZNs_oDDPQkbwmRo_wwUSvPFXinj7sEE4L-W3AsxBL17XYmLuUKdM6n2H3dmRXViZuqNypJyMoy2ZRoZNsGb1j6nMrcMklOr3bgjztxQxw0/s1600/img1479180116855.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="640" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguMFkGymaIA09cNGhpbn-GyzQSKoTVWYG7xZNs_oDDPQkbwmRo_wwUSvPFXinj7sEE4L-W3AsxBL17XYmLuUKdM6n2H3dmRXViZuqNypJyMoy2ZRoZNsGb1j6nMrcMklOr3bgjztxQxw0/s320/img1479180116855.jpg" width="213" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bermain peran menjadi spyderman</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
3. Mendongeng dengan membacakan buku ; buku bacaan bisa dipilih berdasarkan nilai dan visi yang ingin bunda tanamkan dalam keluarga </div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjchiWAULpChAK1Rbf8emmfhXhnIlrUGdQJpi6yyGqnIl6fzE0R7sZGDMbztEIGstXP11HmCZdQhvmZS5cE4XAWlBuJAIMPIykIYoxu_z9MZIbxrHgcpN0WIfZmjsUkgHeQTyVfXq2RTFE/s1600/IMG_20170517_141833_107.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="642" data-original-width="642" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjchiWAULpChAK1Rbf8emmfhXhnIlrUGdQJpi6yyGqnIl6fzE0R7sZGDMbztEIGstXP11HmCZdQhvmZS5cE4XAWlBuJAIMPIykIYoxu_z9MZIbxrHgcpN0WIfZmjsUkgHeQTyVfXq2RTFE/s320/IMG_20170517_141833_107.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Membaca buku bersama ayah</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Biasanya diwaktu santai atau menjelang tidur bunda sempatkan untuk membacakan buku kepada anak, sejak dalam kandungan hingga sekarang bunda masih suka membacakan buku, dengan harapan anak-anak sejak dini dan kelak nantinya akan gemar membaca.</div>
</li>
</ol>
<span style="color: blue;"><b> Tips memilih buku bacaan :</b></span><br />
<ul>
<li>Pilihlah buku berdasarkan usia anak</li>
<li>pilihlah buku dengan gambar dan ilustrasi yang menarik</li>
<li>Untuk anak 0-3 tahun pilihlah buku dari dari bahan yang tidak mudah sobek atau bunda bisa menempelkan solatip pada ujung2 atau sudut yang biasa anak pegang agar tidak mudah sobek</li>
<li>Pilihlah buku dengan kalimat yang pendek dan gambar yang mendominasi halaman buku</li>
<li>Pilihlah buku dengan cerita yang menarik yang sedang disukai anak</li>
<li>Bawalah anak ke too buku dan biarkan anak memilih buku kesukaannya namun tetap dalam pengawasan</li>
<li>Pilihlah buku yang berkualitas, dalam arti dapat mengembangkan akhlak, karakter dan kecerdasan anak</li>
<li>Bacalah terlebih dahulu agar bunda tahu konten dari buku tersebut sebelum dibacakan kepada sikecil</li>
</ul>
Luangkanlah waktu setidaknya 20menit bersama anak ya bunda, agar anak merasakan kehadiran, kasih sayang dan cinta kita kepada mereka. semoga bermanfaat bunda...dan salam sayang untuk sikecil. <br />
<br />
<br />Punyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-25383973625919040202017-10-06T21:47:00.000-07:002017-10-07T07:03:04.624-07:00Bebas iritasi kulit dengan Lactacyd<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZsFx0_qKaKMeQ0nHy2SaR1TUtq3JGwyid3XwZ95HKfPjQ2m8XtEhVZ8dKRrBwoI2KowD2Ix3JhyphenhyphenWb__vofGHvWUOWgWmmlZCCPhE7PW9jpk0yuMxcfbkBwjDY-TBtFq60E4-KKYUFtmI/s1600/PicsArt_09-30-12.24.27.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="554" data-original-width="554" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZsFx0_qKaKMeQ0nHy2SaR1TUtq3JGwyid3XwZ95HKfPjQ2m8XtEhVZ8dKRrBwoI2KowD2Ix3JhyphenhyphenWb__vofGHvWUOWgWmmlZCCPhE7PW9jpk0yuMxcfbkBwjDY-TBtFq60E4-KKYUFtmI/s400/PicsArt_09-30-12.24.27.png" width="400" /></a></div>
<br />
<div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<br />
<br />
<div>
<div style="text-align: left;">
Hello mommy...</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<i>olahraga dipagi hari</i></div>
<div style="text-align: left;">
<i>sedia makanan bergizi</i></div>
<div style="text-align: left;">
<i>sikecil kulitnya iritasi?</i></div>
<div style="text-align: left;">
<i>atasi dengan Lactacyd baby</i></div>
<br />
orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang dengan sehat, cerdas dan bahagia. Berbagai halpun dipersiapkan agar orang tua dapat dengan seksama membuat buah hatinya tumbuh dan berkembang dengan baik. Dari hal persiapan kehamilan, kelahiran, menyusui, MPASI dan juga kesehatan sikecil termasuk kesehatan kulit.<br />
Sebagaimana kita ketahui, bahwa kulit bayi itu berbeda dengan kulit orang dewasa. kulit bayi sangat halus dan lembut juga memiliki <i>ph</i> kulit yang lebih tinggi sehingga bisa mengakibatkan bakteri jahat lebih cepat tumbuh.<br />
Bakteri jahat ini bisa menimbulkan iritasi pada kulit bayi, yang pastinya sangat mengganggu aktivitas bermain dan tidur anak. Iritasi kulit adalah suatu masalah kulit yang dapat disebabkan karena udara terlalu lembab atau panas, debu dan bahan kimia.<br />
<br />
<b>Jenis-jenis iritasi kulit :</b><br />
<ol>
<li><i> Intertrigo</i></li>
</ol>
Intertrigo disebabkan karena adanya peradangan pada lipatan tubuh. Seperti dilipatan ketiak, leher, lipatan paha, bokong dan perut. lipatan tersebut menyebabkan kulit menjadi merah dan gatal. Ini terjadi karena pada lipatan kulit tidak mendapatkan udara hingga kulit menjadi lembab. Pada bayi, Intertrigo sering muncul sebagai ruam popok.<br />
<br />
2. <i> Eksim</i><br />
<br />
Eksim atau disebut juga eksema atau dermatitis adalah peradangan yang menyebabkan pembentukkan gelembung kecil pada kulit hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan. Bila sudah parah, eksim dapat membuat kulit berubah menjadi merah hingga mengeluarkan nanah dan kerak.<br />
<br />
3<i>. Dermatitis kontak</i><br />
<br />
Dermatitis kontak adalah inflamasi atau peradangan pada kulit yang telah terpapar oleh bahan yang mengiritasi atau menyebabkan reaksi alergi. Dermatitis kontak akan menyebabkan ruam yang besar, gatal dan rasa terbakar.<br />
<br />
4. <i>Biang Keringat</i><br />
<br />
Biang keringat jadi masalah kulit yang banyak terjadi saat musim panas. Penyebabnya adalah keringat berlebih yang tidak bisa keluar karena terjadi penyumbatan pada saluran kelenjar keringat. Pengacu timbulnya antara lain adalah debu, cuaca lembab, udara panas, pakaian yang ketat dan kegiatan bayi yang tinggi.<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsN-4E_EJLOtdz6FLkTPJRuvmfVRRF7IuGVQEwypqaXbHfNcVJZRtSAUi58HunJmW8fkuCHgL6hoaHKKRnutgwj9hPqFUeQ9eQfajQp9OaWAibbu-oOYN8bcWVOcKJzOY942hF96pgL5E/s1600/13466380_1029131497134386_603579495302523467_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"> </a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsN-4E_EJLOtdz6FLkTPJRuvmfVRRF7IuGVQEwypqaXbHfNcVJZRtSAUi58HunJmW8fkuCHgL6hoaHKKRnutgwj9hPqFUeQ9eQfajQp9OaWAibbu-oOYN8bcWVOcKJzOY942hF96pgL5E/s1600/13466380_1029131497134386_603579495302523467_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"> </a><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: yellow;"><b> Ada 3 jenis Biang<span style="background-color: black;"> </span></b></span></span><span style="color: yellow;"><b><span style="background-color: black;">Keringat</span> </b></span><br />
<ol>
<li>Miliaria Kristalina
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br />
<br /></td></tr>
</tbody></table>
</li>
<li>Miliaria Rubra </li>
<li>Miliaria Profunda <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnMmBDM4vKI_khdZsuLhRlqv7Op_Ac0h14RwN4ZBl-phFTTA43CNiOBf1pcYPVc0zOdhQSNaPwoiWl-1M91EwGcwtCjKgou_EJvZ_IXgxU8HNDik4mcaUFZdcduXRRaO_73vy4rY9T0_4/s1600/13466380_1029131497134386_603579495302523467_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="480" data-original-width="480" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnMmBDM4vKI_khdZsuLhRlqv7Op_Ac0h14RwN4ZBl-phFTTA43CNiOBf1pcYPVc0zOdhQSNaPwoiWl-1M91EwGcwtCjKgou_EJvZ_IXgxU8HNDik4mcaUFZdcduXRRaO_73vy4rY9T0_4/s320/13466380_1029131497134386_603579495302523467_n.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">source : Fanspage lactacyd baby</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Iritasi pada kulit bayi sering terjadi, beberapa keadaan dapat menjadi pemicu terjadinya iritasi, seperti:
</div>
<br />
* Pemakaian popok sintesis atau celana berlapis plastik yang
lama tidak diganti, sering menimbulkan iritasi langsung pada kulit
akibat tertimbunnya urin atau kotoran yang mengandung amonia.
Tertutupnya daerah popok meningkatkan suhu maupun kelembaban di daerah
lipatan bokong makin memudahkan penyerapan bahan-bahan kimia iritan
tersebut. Bila berlangsung berulang-ulang pelindung kulit akan rusak,
sehingga memudahkan berkembangbiaknya jamur, seperti Candida albicans.
<br />
<br />
* Pada daerah-daerah lipatan terutama pada bayi gemuk seperti
daerah leher, lipat paha, lipat siku, bila terjadi penumpukan keringat
yang terlalu lama maka akan mengiritasi kulit bayi. Peradangan berulang
yang terjadi juga akan diperburuk dengan berkembangbiaknya jamur seperti
Candida albicans.
<br />
<br />
* Bayi dengan riwayat keluarga alergi akan lebih sering dijumpai
keluhan iritasi, seperti sisik halus di daerah kulit kepala akibat
pemakaian produk kosmetika sampo ber-pH tinggi atau hair-lotion yang
terlalu wangi. Dapat pula dijumpai hal serupa di daerah dada, punggung,
perut akibat pemakaian minyak penghangat seperti minyak telon atau kayu
putih yang digunakan terus-menerus di iklim panas.
<br />
<br />
* Kekeringan kulit bayi akibat pemakaian berulang sabun mandi
yang mengandung antiseptik. Peradangan kronis akibat kontak bahan iritan
lemah akan mempengaruhi keseimbangan flora normal kulit, dengan akibat
berkurangnya daya pertahanan alamiah kulit.
<br />
<br />
* Bayi baru lahir yang mengkonsumsi susu sapi formula dengan
kadar pH tinggi terkadang dijumpai kemerahan di daerah sekitar dubur.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
( <a href="http://dechacare.com/Iritasi-pada-Kulit-Bayi-Apa-dan-Bagaimana-Mengatasinya-I390-1.html">dechacare.com )</a> </div>
</li>
</ol>
Ini yang terjadi pada anak saya nih mom ,saat usianya 6 bulan lebih muncul bintik-bintik merah pada kening dan badannya. orang di sekitar menyarankan untuk diberi bedak atau aci capu, tapi saya enggan melakukannya. Boleh saja memakaikan bedak pada bayi,tapiharus teliti dengan bahannya dan tidak dianjurkan memakai bedak tabur karena dapat terhirup oleh bayi dan ini berbahaya bagi paru-parunya. Pilih yang sudah terpercaya dan teruji saja ya mom...ini anak kita loh bukan boneka.Oleh karena itu saya lebih memilih mengikuti anjuran bidan yaitu menggunakan Lactacyd baby dan tetangga saya pun pernah memakaikannya untuk bayinya saat terkena eksim, dan hasilnya kulit sang anak jadi bersih kembali. Tentu saja saya tidak serta-merta mencoba, saya mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang Lactacyd baby ini.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6jbsXVbbZE3_ozJbBZfNO0Ivch2cz83dJFeEQcXqIQ1Z7Q3CsJ8Lfk5CwmiFTlAGH4aGpRvFmYou4aH1oJYrcKrDWJMgzF5Cqqe5cmXpQE4_uWdDdf7n5cr5UmRXYCsZBVLFX2W8E-jQ/s1600/Screenshot_2017-09-29-08-30-43.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="854" data-original-width="480" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6jbsXVbbZE3_ozJbBZfNO0Ivch2cz83dJFeEQcXqIQ1Z7Q3CsJ8Lfk5CwmiFTlAGH4aGpRvFmYou4aH1oJYrcKrDWJMgzF5Cqqe5cmXpQE4_uWdDdf7n5cr5UmRXYCsZBVLFX2W8E-jQ/s320/Screenshot_2017-09-29-08-30-43.png" width="179" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<span style="background-color: black;"><b><span style="background-color: yellow;">Seputar Lactacyd Baby</span></b></span><br />
<b><br /></b>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjK-52V6YK_KlGKz-mySXO5oGSpyKv_XNvz-daIPA-ne_5VQ9AxEk0tahHvQTHvVw68IDjjUPA-F2thCYCJkrtSPPynXNWU8rkrTaQ6iEp64d1jxxddNDi86-q-Kbc_ugZwAESh4jGAuXU/s1600/PicsArt_09-29-09.32.40.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="542" data-original-width="542" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjK-52V6YK_KlGKz-mySXO5oGSpyKv_XNvz-daIPA-ne_5VQ9AxEk0tahHvQTHvVw68IDjjUPA-F2thCYCJkrtSPPynXNWU8rkrTaQ6iEp64d1jxxddNDi86-q-Kbc_ugZwAESh4jGAuXU/s320/PicsArt_09-29-09.32.40.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Lactacyd Baby melindungi dan merawat kulit bayi sehingga sikecil dapat bermain dengan ceria dan mommy terhindar dari rasa khawatir</td></tr>
</tbody></table>
<b><br /></b>
<br />
Lactacyd Baby merupakan produk dari PT.Sanofi, Sanofi di Indonesia memiliki sejarah yang panjang terhitung sejak tahun 1969. Semua kegiatannya yang berkaitan dengan produk didukung oleh tim medis dan para ahli farmasi yang memastikan bahwa efektifitas serta efek samping produk-produk Sanofi dipantau secara berkesinambungan. Kegiatan Sanofi di Indonesia dilakukan melalui afiliasinya PT.Aventis Pharma, PT. Sanofi Indonesia sendiri mempunyai visi <br />
<div style="background-color: white; border: 3px #1780dd dashed; padding: 10px; text-align: left;">
.“Sanofi Indonesia ingin menjadi pemimpin dan perusahaan kesehatan
idaman, yang berfokus kepada kebutuhan pasien melalui penyediaan produk
dan pelayanan yang inovatif”.</div>
Sudah terlihat jelas ya mom dari visinya sangat mengutamakan pelayanan kebutuhan pasien salah satunya dengan adanya lactacyd baby yang bahannya dari kandungan alami. Lactacyd baby ini adalah brand yang sudah terpercaya untuk menjaga kulit bayi dari iritasi ringan dan sudah teruji secara dermatologi.<br />
Sabun lactacyd baby adalah cairan yang berguna untuk membersihkan, merawat dan menjaga kulit bayi agar tetap bersih dan juga lembut, bentuknya yang cair ini agar bisa memberikan hidrasi kulit yang lebih baik untuk sikecil dibandingkan dengan air atau sabun batang. Diformulasikan khusus dengan bahan dasar ekstrak susu lactoserum dan asam laktat, cocok digunakan untuk kulit bayi yang sensitif maupun untuk perawatan kulit bayi sehari-hari. Kandungannya yang alami berperan untuk menurunkan<i> Ph</i> kulit sikecil sehingga kulitnya terjaga dari bakteri. karena lactacyd baby ini mengandung susu maka bisa membuat kulit bayi tetap halus dan lembut.<br />
<b><br /></b><b>Komposisi Lactacyd Liquid Baby</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhd_hyphenhyphen1snlHeOkzMD37-n_hcPAz4nULYiP45qfVpjW_HG8QcakQBYMxaH0aGIiF1Zkg7V8h8llI5MVcieDrsIe6Bb-59eiPWUmEEIrY7SrIRuotYTYpjOPYS-B1dtqDG_tNrcBtCi4l2zo/s1600/PicsArt_09-18-08.43.13.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhd_hyphenhyphen1snlHeOkzMD37-n_hcPAz4nULYiP45qfVpjW_HG8QcakQBYMxaH0aGIiF1Zkg7V8h8llI5MVcieDrsIe6Bb-59eiPWUmEEIrY7SrIRuotYTYpjOPYS-B1dtqDG_tNrcBtCi4l2zo/s320/PicsArt_09-18-08.43.13.png" width="240" /></a></div>
Lactacyd liquid baby ini tidak mengandung detergent loh mom, sehingga tidak berbusa dan tentu saja aman dipakai oleh kulit bayi yang sensitif sekalipun.<b><br /></b>
<b><br /></b>
<br />
<b>Cara pakai Lactacyd baby</b><br />
<ol>
<li>Siapkan bak mandi bayi</li>
<li>Kocok terlebih dahulu lalu encerkan lactacyd baby 3-4 sndk teh (5ml) kedalam bak mandi bayi yang telah terisi air, atau bisa juga gosokkan lactacyd baby ke badan bayi seperti mandi pada biasanya.</li>
<li>Mandikan bayi seperti biasa, gosok dengan lembut. lactacyd baby ini bisa juga digunakan untuk shampoan</li>
<li>Bilas dengan air bersih </li>
</ol>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIWZRi9q0pkzUoudqo9oAhc7UaSKnuvUtGMM1zjPjIvh_vSPnmcC0xAsS9rzXaHb5HqlP0q8LxkZPDt3UF1gmVIrCTY65-eoUraAqc-06yhuzz35jrl8JX4MqZxKWjkjGucPWgLAV_kJA/s1600/PicsArt_09-20-09.08.56.png" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1600" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIWZRi9q0pkzUoudqo9oAhc7UaSKnuvUtGMM1zjPjIvh_vSPnmcC0xAsS9rzXaHb5HqlP0q8LxkZPDt3UF1gmVIrCTY65-eoUraAqc-06yhuzz35jrl8JX4MqZxKWjkjGucPWgLAV_kJA/s200/PicsArt_09-20-09.08.56.png" width="200" /></a>dari informasi-informasi itu lah saya akhirnya memakaikan lactacyd baby untuk anak-anak saya, dan terbukti hasilnya sangat memuaskan hingga saya ga ingin ganti ke sabun bayi yang lain. jangan lihat harganya ya mom, mungkin lactacyd baby memang terlihat aga mahal dibanding dengan harga sabun bayi yang lain tapi coba kita pikir dengan sabun yang lain yang murah kita beli berapa botol tapi hasilnya kulit bayi kita ga ada perubahan...kasihan kan mom sikecil, ada juga sabun bayi yang lebih mahal tapi hasil ga lebih bagus dari lactacyd. <u>Dengan lactacyd liquid baby ini anak saya azka 3 hari biang keringat di punggung, perut dan keningnya hilang sedangkan adenya, Khansa yang memang biang keringatnya lebih banyak dari kening, badan, tangan dan pahanya hilang dengan pemakaian 2 botol lactacyd liquid baby ukuran 60ml. </u><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEHOJunPQ7aHXJ6RnQEd4VNpP77ItTItV9qszy2XvlQeNs7HTXeJJy8OeRn5b8Utg2cONNMVzJ8h35uLhndBP8S0pdgw9xPVjHEzOXCUpcTRbZ60WVRqeh64qsSnvrGMRK18KDNwCtrK4/s1600/PicsArt_09-30-12.14.55.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="1600" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEHOJunPQ7aHXJ6RnQEd4VNpP77ItTItV9qszy2XvlQeNs7HTXeJJy8OeRn5b8Utg2cONNMVzJ8h35uLhndBP8S0pdgw9xPVjHEzOXCUpcTRbZ60WVRqeh64qsSnvrGMRK18KDNwCtrK4/s320/PicsArt_09-30-12.14.55.png" width="320" /></a></div>
<u><br /></u>
<br />
<b>Ukuran dan harga Lactacyd Baby :</b><br />
<ul>
<li>Ukuran 60ml Rp.20.000-25.000</li>
<li>Ukuran 150ml Rp.55.000-60.000</li>
<li>Ukuran 230ml. Rp.85.000-90.000</li>
</ul>
Ukuran yang lebih kecil yaitu 60ml ini lebih praktis untuk dibawa berpergian, sedangkan ukuran lebih besar 230ml digunakan untuk berdua ade dan kakaknya jadi lebih awet. Nah yang ukuran sedang bisa ditinggal dirumah nininnya, jadi pada saat main kesana sudah siap sedia. Di kota Cirebon kebetulan saya biasa beli di Mini market dan apotek terdekat mom.<br />
<br />
<b><u>Tips agar sikecil terjaga kesehatan kulitnya</u></b><br />
<br />
Selain dengan penggunaan sabun bayi yang benar, ada beberapa tips agar kulit sikecil tetap sehat dan terjaga, diantaranya adalah :<br />
<ul>
<li>Memberikan makanan gizi seimbang</li>
<li>Rutin memberikan Asi / susu</li>
<li>Memberikan sikecil lebih banyak air putih ( 6 bulan + )</li>
<li>Ganti popok secara rutin setiap 2-3 jam sekali</li>
<li>Hindari pakaian berbahan nilon</li>
<li>Hindari memakai pakaian yang terlalu ketat </li>
<li>Istirahat yang cukup ; pola tidur yang baik membuat kulit sikecil lebih sehat dan tidak kusam</li>
<li>Mandikan dengan Lactacyd liquid baby soap setiap mandi ataupun sehabis berkegiatan</li>
</ul>
Jangan mandikan bayi saat berkeringat ya mom, karena ketika tubuh sedang mengeluarkan keringat kemudian mandi, maka bisa membuat kekebalan tubuh menjadi rusak. Ciri-ciri jika sistem kekebalan tubuh sikecil bermasalah bisa dimulai dengan kaki dan tangan menjadi dingin setelah mandi atau tubuh menjadi menggigil.<br />
<br />
<div style="border: 3px double rgb(23, 128, 221); padding: 10px; text-align: left;">
<span style="background-color: white;"><span style="color: cyan;"><span style="background-color: blue;">Ayo mom lindungi kulit sikecil dengan Lactacyd baby dari sekarang, jangan tunggu sampai terjadi iritasi kulit dulu...karena mencegah lebih baik daripada mengobati.</span></span></span></div>
#BabySkinExpert<br />
#LactacydBaby<br />
<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRYZgrxgKkZ4PkTU890EG8M_hkcu-5APQkDuKWPgJ6sH6qWAmyXGy4-Q-a_dUGYSuV3LR2QyYo16BeDUf7_YTzoYSB_ww_dGGmWJgDDg3Lq-KisR59pPhy3g7VNHoSR4BBaCB4H0bBtlE/s1600/PicsArt_09-18-09.02.31.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRYZgrxgKkZ4PkTU890EG8M_hkcu-5APQkDuKWPgJ6sH6qWAmyXGy4-Q-a_dUGYSuV3LR2QyYo16BeDUf7_YTzoYSB_ww_dGGmWJgDDg3Lq-KisR59pPhy3g7VNHoSR4BBaCB4H0bBtlE/s400/PicsArt_09-18-09.02.31.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Add caption</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Lebih banyak informasi di :<br />
<br />
<a href="https://m.facebook.com/LactacydBaby/?refid=46&__xt__=12.%7B%22unit_id_click_type%22%3A%22graph_search_results_item_tapped%22%2C%22click_type%22%3A%22result%22%2C%22module_id%22%3A1%2C%22result_id%22%3A312250475489162%2C%22sid%22%3A%2236bf5154eb5949042d284122f9a6e8c0%22%2C%22module_role%22%3A%22ENTITY_PAGES%22%2C%22unit_id%22%3A%22browse_rl%3A0e416672e9dbfdd4adbbd038dc017031%3Ac1%22%2C%22browse_result_type%22%3A%22browse_type_page%22%2C%22unit_id_result_id%22%3A312250475489162%2C%22module_result_position%22%3A0%7D">fanspage Lactacyd </a><br />
<a href="http://www.sanofi.co.id/l/id/in/layout.jsp?scat=849510E2-CE8A-4D74-9CFC-027777A28978">PT.</a>Sanofi<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br /></div>
Punyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-76036805041753515212017-08-11T09:24:00.000-07:002017-08-12T10:25:28.445-07:00Lactacyd baby ; Rahasia kulit bayi tetap sehat<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDiO6h6d2BTZari5ZrI3ahbLHxY2ebGiIWHxp_qxF4NsqKTf9wBpaAujKTixa7iRvZ2hgVQJXnZ6pc6hDYiqFUbjgRJB2bDeDOwnw2M6z12cclT1lNRZUqG5V-kBj-8NU4l6xDj_4-06k/s1600/IMG_20170811_155551.jpg" imageanchor="1"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDiO6h6d2BTZari5ZrI3ahbLHxY2ebGiIWHxp_qxF4NsqKTf9wBpaAujKTixa7iRvZ2hgVQJXnZ6pc6hDYiqFUbjgRJB2bDeDOwnw2M6z12cclT1lNRZUqG5V-kBj-8NU4l6xDj_4-06k/s400/IMG_20170811_155551.jpg" width="400" /></a><br />
<br />
<br />
Menjadi seorang ibu itu seperti awal-awal masuk sekolah...iya ga sih mom? Semuanya pengen serba baru, dari baju bayi hingga kasur baru hehe. Isi kepala pun di upgrade dengan yang baru, ya tentunya seputar sang buah hati...dari mulai ASI, MPASI, sampai cara merawat dan mendidik anak.
Itu lah yang saya alami sejak memiliki anak pertama,azka 4 tahun kurang yang lalu. Hingga sekarang saya memiliki anak kedua berumur 11 bulan, saya masih terus belajar. Bukan...bukan belajar jadi ibu yang sempurna tapi belajar memberikan yang terbaik untuk sang buah hati.<br />
<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvYkNriJpQSCpQoi83Ot0tJ0VyGUenSPnMGO90VQ8WrPD87hKICGXSA2Xk6i5lRjwev3SEyfDkkUtzpCCoCRHWALKfT56TnGtEi-x8EmFPKIgxg24ys9wN-SWN9kgIKBt9TTf_6dRvbcM/s1600/TMPDOODLE1502463011479.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="573" data-original-width="429" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvYkNriJpQSCpQoi83Ot0tJ0VyGUenSPnMGO90VQ8WrPD87hKICGXSA2Xk6i5lRjwev3SEyfDkkUtzpCCoCRHWALKfT56TnGtEi-x8EmFPKIgxg24ys9wN-SWN9kgIKBt9TTf_6dRvbcM/s400/TMPDOODLE1502463011479.jpg" width="299" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
Nah ngomong-ngomong soal merawat anak, anak-anak saya punya masalah kulit ringan...yaitu biang keringat 😞, hah kok bisa??😱. Usut punya usut sepertinya biangnya adalah ayahnya hohoho 😁😂😂. Ayahnya memiliki kadar keringat berlebih dan mungkin bisa jadi anak-anak saya diwarisi keringat berlebih dari ayahnya 😬😅😂.
Sejak Azka umur 6 bulanan saat dia mulai MPASI mulai muncul bintik-bintik merah, ah saya pikir ini paling alergi makanan nanti juga hilang sendiri...iya sih 3 minggu kemudian hilang, tapi oh tapi bintik merah itu mulai datang lagi dan malah hampir sekujur badan 😭. Akhirnya karena ga tega lihatnya periksalah kami ke dokter dan dikasih salep. Tapi kok si bintik merah ga juga hilang 😵.<br />
Saat itu ada tetangga tuh yang kasih saran untuk pakai lactacyd baby saat mandi ( ah, tak hanya saat NGASI yang butuh lingkungan sekitar, merawat kesehatan anak pun butuh dukungan lingkungan ya mom hehe). Al hasil berkat info dari tetangga dan bisikkan mbah google saya pun membeli lactacyd baby.<br />
<br />
<br />
<b>Bagaimana </b><b>sih cara pakai Lactacyd liquid baby?</b><br />
<b><br /></b>
Untuk ade Khansa saya campurkan ke dalam air mandinya sebanyak 3 sndk teh, setelah selesai mandi ade Khansa di bilas dengan air bersih, untuk aa Azka saya pakai seperti sabun mandi biasa, di oleskan ke badannya lalu bilas (cukup beberapa tetes mom lactacyd baby liquidnya).<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEmIP57ldE2hrDCz9FCE3jU-25d20fIhLOJmhNlGzv9lxYbV0Ioj8tuThazfDYKOSmH08MB_rP_8yWbo4_A1w66sYimLRHJKEScbaHenroIVpVnIqFmo8d4Ci5SMGSgalNxTCyz44VWTE/s1600/TMPDOODLE1502464683222.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="573" data-original-width="429" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEmIP57ldE2hrDCz9FCE3jU-25d20fIhLOJmhNlGzv9lxYbV0Ioj8tuThazfDYKOSmH08MB_rP_8yWbo4_A1w66sYimLRHJKEScbaHenroIVpVnIqFmo8d4Ci5SMGSgalNxTCyz44VWTE/s320/TMPDOODLE1502464683222.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
Karena anak-anak saya ini bisa di bilang anak kinestetik, dimana kegiatannya kebanyakan menggunakan motorik kasarnya jadi setiap kali bajunya basah oleh keringat maka harus segera diganti dan badannya di keringkan ( ga perlu di jemur kaya kerupuk ya mom hehe...cukup di lap aja ).<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZYx1nEqM7RtxenOrJQ8wX1G8t9k4e-qq1GGDvcWSJt-svJktNxuWlf8_UJrcnhWBgoexXFXpox9LW1hmmtKcSSj7VdcVCIGB5Ks3Zfii2LqU5dAqp07TppWK5MkWJJzALPFLfdQ6iARI/s1600/TMPDOODLE1502464992593.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="440" data-original-width="440" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZYx1nEqM7RtxenOrJQ8wX1G8t9k4e-qq1GGDvcWSJt-svJktNxuWlf8_UJrcnhWBgoexXFXpox9LW1hmmtKcSSj7VdcVCIGB5Ks3Zfii2LqU5dAqp07TppWK5MkWJJzALPFLfdQ6iARI/s320/TMPDOODLE1502464992593.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWPmQ-A6LrTS1cBplBfPRDEA68DWP6yUM9v91oq0ijLcBRfNH0G2YGKP33kuow20z05dMbLeTAn18SEBo1IbxpuJcr_93Bt8Ecyj_VH2TaKW3seX9BpTuKU5n_1VGlxye0oobQZSj7xIk/s1600/IMG_20170716_114414.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWPmQ-A6LrTS1cBplBfPRDEA68DWP6yUM9v91oq0ijLcBRfNH0G2YGKP33kuow20z05dMbLeTAn18SEBo1IbxpuJcr_93Bt8Ecyj_VH2TaKW3seX9BpTuKU5n_1VGlxye0oobQZSj7xIk/s320/IMG_20170716_114414.jpg" width="240" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3XwgvDU-7jeCnJ9H4Ke3LaIIktd465n5drDpisSDQWNjJ9U1_p4YZGFhvbMY8PtToUyi8mCYqjZJt0jGIC27lp4AGoJLZsRVbbtCoMJqvYAht-qewpFGn_plFuBv41aRi7KJXO6T4_fE/s1600/TMPDOODLE1502466382882.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="573" data-original-width="429" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3XwgvDU-7jeCnJ9H4Ke3LaIIktd465n5drDpisSDQWNjJ9U1_p4YZGFhvbMY8PtToUyi8mCYqjZJt0jGIC27lp4AGoJLZsRVbbtCoMJqvYAht-qewpFGn_plFuBv41aRi7KJXO6T4_fE/s320/TMPDOODLE1502466382882.jpg" width="240" /></a></div>
<b><br /></b>
<b><br /></b>
<b>Kenapa </b><b>harus</b><b> lactacyd?</b><br />
<br />
Dan yeess...kaburlah biang keringat ( tapi inget ya mom, ini ga kaya makan cabe yang pedesnya langsung kerasa...harus rutin pakainya mom biar maksimal ). Gimana ga kabur coba, selain karena Lactacyd baby ini brand internasional yang sudah terpercaya menjaga kulit dari iritasi ringan dan sudah pasti teruji secara <i>dermatologi</i>, Lactacyd baby juga bisa dipakai setiap hari karena kandungannya yang alami dari ekstrak susu serta formulasi dengan Ph yang sesuai dengan kebutuhan kulit bayi. Jadi bunda ga khawatir deh, kulit bayi tetap terjaga kesehatan dan kelembabannya, terpampang nyata hasilnya bukan fatamorgana 😜.
Terima kasih Lactacyd baby...anak-anak saya selalu ceria, segar dan tidurpun nyenyaaaaak.<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjejOzDiKkPBTW9gWlbc-MTs6a27QdfWp_BThKqpbbvzFr0d5TG1s_NscRF8MariYa6cIKWfak_qLeOK6O9c8K-H7zH7S1fGZ0ityNHOaSp7sqWBlfXHnS_BblLkuoh0OeTFHIZybP8ugY/s1600/IMG_20170706_202919.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjejOzDiKkPBTW9gWlbc-MTs6a27QdfWp_BThKqpbbvzFr0d5TG1s_NscRF8MariYa6cIKWfak_qLeOK6O9c8K-H7zH7S1fGZ0ityNHOaSp7sqWBlfXHnS_BblLkuoh0OeTFHIZybP8ugY/s400/IMG_20170706_202919.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWzyLceH428tAMhcIF-GMgfWOj_gqLqfqVxMJ2L6xXQ0URGdAbIMCBA5cK1UJZtBQ0ujMcsF-r_XBluBmNU47yx-zn0B8DYaFYYx10jm0Ggsm1-0JZ_Zi7vUxiODEvyHzZV0jcSQMTTGQ/s1600/IMG_20170716_095429.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWzyLceH428tAMhcIF-GMgfWOj_gqLqfqVxMJ2L6xXQ0URGdAbIMCBA5cK1UJZtBQ0ujMcsF-r_XBluBmNU47yx-zn0B8DYaFYYx10jm0Ggsm1-0JZ_Zi7vUxiODEvyHzZV0jcSQMTTGQ/s320/IMG_20170716_095429.jpg" width="240" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnh2hl2xmYbmCL6fRv7gxGSJrp0LBRC1PraNa6Of4IUTlgsFmlMc4OFY29uKQ7Zg_C0VklhzSYeEAa2DsHwR4sYEXCaN8zyRec2HS5xiaBwtCJzXgPf_h002vQt63B9oF8nGlHbhED3Lo/s1600/IMG_20170627_062600.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnh2hl2xmYbmCL6fRv7gxGSJrp0LBRC1PraNa6Of4IUTlgsFmlMc4OFY29uKQ7Zg_C0VklhzSYeEAa2DsHwR4sYEXCaN8zyRec2HS5xiaBwtCJzXgPf_h002vQt63B9oF8nGlHbhED3Lo/s320/IMG_20170627_062600.jpg" width="240" /></a></div>
#LactacydBaby
#BabyskinExpertPunyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-35980104585660219372015-10-29T10:21:00.000-07:002015-10-29T10:46:59.721-07:00bunda kerja atau stay @ home?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFU2_AjO94Paubht76RanD0XsgX2QznfpCQBH2MbHoVyDua8wu5Wg3feEEcyHa28fZ3ReeO5LMVibrHge5OSYvT6ixflYENZ3cYvq_Wduwt8Z5xGGpNzOSaaBhYniQqdB_13bpSx-FRi4/s1600/BeautyPlus_20151017230245_save.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFU2_AjO94Paubht76RanD0XsgX2QznfpCQBH2MbHoVyDua8wu5Wg3feEEcyHa28fZ3ReeO5LMVibrHge5OSYvT6ixflYENZ3cYvq_Wduwt8Z5xGGpNzOSaaBhYniQqdB_13bpSx-FRi4/s320/BeautyPlus_20151017230245_save.jpg" /></a></div>Bercerita sedikit tentang masa kecil...dulu saat masa abgku dimana mereka bilang masa labil, terkadang aku meratapi masa kecil yang aku rasakan tidaklah sebahagia selayaknya masa-masa yang seharusnya dilewati anak-anak seumurku saat itu. Mungkin umurku masih 4 atau 5 tahun, entahlah...tapi saat itu aku belum sekolah. Mamahku bekerja dan bapaku juga, kakak-kakakku sedang sekolah...well pastinya dirumah ga ada siapa-siapa cuma aku sendiri. Seingatku mamahku meminta tolong kerabat yang tinggal depan kontrakkan rumahku untuk menjagaku, tapi mungkin karena aku tidak betah atau entah karena apa ( sedikit lupa karena itu sekitar 24tahun yang lalu) aku suka menghabiskan waktu untuk menunggu mamahku pulang kerja dengan bermain dengan teman atau luntang-lantung sendirian saat kakak-kakakku belum pulang sekolah. Aku terlalu takut untuk masuk rumah, jadi saat aku ingin buang air aku pasti memilih untuk buang air disamping rumah...dan yang paling ga bisa aku lupakan adalah saat perutku terasa lapar, saat itu aku lihat sebungkus agar kecil yang sudah terbuka dengan sisa sedikit agar didalamnya tergeletak menggoda didepan mata luguku..sedikit ragu aku memungut dan memakannya. Satu hal lagi yang masih aku ingat adalah ketika mamahku berpamitan untuk berangkat kerja, aku menangis histeris memohon untuk ikut.
Ah mah...saat aku beranjak gadis aku mengingat masa kecil itu begitu menggoda dua bola mataku untuk berkaca-kaca dan teteskan butiran-butiran airmatanya. Tapi itu bukan salahmu mah...kau sering sekali mengelus rambutku saat aku tidur dipangkuanmu seraya meminta maaf karena meninggalkanku untuk bekerja,, sekali lagi itu bukanlah kesalahan mah dan kau tak perlu meminta maaf.
Karena...saat ini aku sudah menjadi seorang ibu dari seorang putra, dan kini aku tahu betapa berat posisimu saat itu dengan pilihan harus bekerja dan meninggalkan anak-anakmu dirumah. Aku tahu itu demi aku...demi kita. Walaupun kini aku lebih memilih untuk menjadi ibu rumah tangga atau rumah tangga yang memilihku.
Maaf mah...aku tidak tahu beratnya pilihanmu itu,maafkan aku juga sampai saat Tuhan memanggilmu aku tetap saja menjadi anak yang menyusahkanmu.tak ada sedikitpun yang bisa aku balas atas cintamu...hanya do'a-do'a yang bisa aku panjatkan untukmu.
ya Allah dia adalah ibu pejuang untuk kami anak-anak dan keluarganya, tempatkanlah beliau di taman surgaMu...semoga beliau mengampuni aku menjadi anak yang tidak berbakti...ampuni aku ya Allah.
Love you momPunyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-65914583872785491102011-04-28T03:54:00.000-07:002017-08-10T08:42:25.103-07:00Puisi adalahPuisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.<br /><br />Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawaa oraang lain kedaalam keaadaan hatinya.<br /><br />Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru<br /><br />Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu 'pemadatan kata'. kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut.<br /><br />Didalam puisi juga biasa di sisipkanmajas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme ya itu sindiran langsung dengan kasar.<br /><br />Dibeberapa daerah di Indonesia puisi juga sering di nyanyikan dalam bentuk pantun. mereka enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.
Source https://id.m.wikipedia.org/wiki/PuisiPunyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-82872865035763983432010-11-11T21:02:00.001-08:002010-11-11T21:02:05.543-08:00Surat bayu untuk intan (3 detik menuju 19 maret 2006)Beberapa buku tertumpuk dan terserak, 3 buah gelas yg tak lagi bersih berjejer di depan dispenser yg tersangkut diantara pintu yg mulai tampak lusuh dan kotor menyelimuti jendela kotor pula.<br /><br />Dan kabel itu,kabel yg mengingatkanku sewaktu dulu aku pernah terkejang saat serabut yg terbungkus itu terkelupas dan mencium kulit tangan mungilku, mereka tercecer tak jelas arah.<br /><br />dan ugh..! 2 buah asbak yg telah sesak di jejali puntung rokok itu kini telah terguling menyisakan ceceran debu menjijikan.<br /><br />Ah, sungguh ironis! Kamar kosan yg dari luar tampak elegan itu ternyata tak lebih dari jejalan barang tak berguna.<br /><br />Barangkali gambaran kamar kosan itu cukup bisa mewakili siapa aku.<br /><br />Gambaran febi tentang intan yang terkujur dalam diri ini tidaklah seindah itu, karena banyak sekali sampah yg terkapar tak beraturan dalam diri seorang Bayu.<br /><br />Walaupun begitu,sampah itu tidak mudah untuk di bersihkan. Terlebih lagi sekarang telah hadir peri suci yang senantiasa membaringkan hati yg slalu kerut.<br /><br />Hanya kamu!<br />Hai periku yg bisa bertahta dalam gejolak sukma yg selalu ingin menjerat diri.Punyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-61693728829989427072010-11-11T20:45:00.000-08:002010-11-11T20:47:17.481-08:00Ungu abadiLangit biru itu belum mau berubah menjadi ungu abadi<br /><br />ditepian matamupun belum bisa ku tepis sepi<br /><br />hanya airmata jatuh di kedalaman yg sunyi<br />hening..<br />Kemudian mati.Punyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-71720981670651589132010-11-11T20:44:00.001-08:002010-11-11T20:44:09.355-08:00Aku tak tahu ( untuk 23 februari)Tiap kali ku lukis bayangmu dalam lamunku segurat senyum membentuk di bibirku<br />entah artinya apa...<br /><br />Tiap kali ku ingat tatap matamu tercipta rasa dan tanda tanya<br />entah itu apa...<br /><br />Tiap kali angin mengurai kisah menutur katamu<br />maka ku diam...<br /><br />Ku hapus semua rasa juga tandatanya, ku kendalikan hatiku<br />hanya itu...Punyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-74918813758705986332010-11-11T20:39:00.001-08:002010-11-11T20:39:34.973-08:00Tak perlu samarkan kepalsuanSendi cinta itu ku bangun dari repihan perih di campur dengan dukanya yg mengental di olah oleh syaraf2 yg menegang<br />sedangkan rindu yg ku sampaikan padamu sehari yg lalu adalah kekosongan janji yg ingin ku ludahi kemudian ku taburi pada kata2ku yg beraroma romantisme padamu.<br /><br />Tak salah,bila esoknya garis tegak lurus menjadi benteng tempat kita berpijak dan kita saling memaki saling menampakan buruknya rupa kita masing2 tapi apa perlu kita perdebatkan bibir kita yg menyatu dalam ikrar kepalsuan.<br /><br />Cukup sudah...<br />Biar kita mulai dari awal dari kita yg tak saling mengenal tak perlu torehkan kata2 "aku ingin membuka kembali buku yg pernah tercatat" karna kita kan tersesat pada palsunya cinta.Punyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-79534141707777296412010-11-11T20:30:00.001-08:002010-11-11T20:30:33.369-08:00Tuk terkasih yg merasakan perihKasih..Mungkin inilah takdir,ketika bentangan waktu memaksa kita tuk beranjak dari tempat yg kita pijak dan kita harus saling mengerti bahwa tali kasih ini tak bisa kita ulurkan lebih panjang lagi.<br /><br /> Kasih..Kuharap kita tak saling menunding,saling melemparkan kata salah dan akhirnya perpisahan ini menjadi sebuah benci yg mengubah arti saling mengasihi.<br /><br /> Akupun sebenarnya tak ingin merusak keindahan perpisahan kita dgn airmataku yg memang tak sanggup lagi ku bendung, tapi aku tak kuasa menahan sesak di dada apalg ketika kata2ku mulai menajamkan suasana hingga menjadi pertengkaran yg seharusnya tak ada.<br /><br /> Biarkan ku terus mengenang akan detik2nya yg membawa bahagia, ku harap setelah perpisahan ini kau dapat kembali menyulam waktu.Punyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-39200212116138214512010-11-09T05:05:00.000-08:002010-11-09T05:06:02.693-08:00Cintaku tertinggal di januariDear januari...<br /><br />Aq yg tak pernah mengira perjalanan cintaku akan melewati jalanan yg membuatku salah arah.Berawal dr senyum manis dan cahaya matamu yg meneduhkan,q hentikan sejenak langkah tuk bersandar dlm hatimu.Ku lewati hari demi hari tanpa rasa ragu,tanpa ingin q belokkan arah perjalananku.<br /><br />Be2rapa bulan tlah q lewati bersamamu, tiada jeda dan tipu daya bagiku...Tapi saat itu segalanya berubah,bahkan persepsiku tentang cintamu pun berubah.Begitu tegakah kamu?<br /><br />Seperti menemukan jalanan buntu,segala arah bagiku menyakitkan,akan sia2kah yg tlah qt jalani? Atau ini sebuah pembelajaran bg ku?.<br /><br />Bagiku semuanya sudah terlanjur,cnt ini trlanjur tumbuh d htku. Hingga kesalahan q tantang,apa aq tak lg berhati nurani?.Kenyamanan ini membuatq tak bs tinggalkan kamu,hingga ketulusan terasa nyata bagiku.<br /><br />Kadang pula aq berfikir ketulusan ataukah kebodohan dari sang pecinta.Punyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-12934138739099295572010-11-09T04:50:00.001-08:002010-11-09T04:50:37.217-08:00Maret yg q rinduSepertinya aq ingin menulis,menggoret namamu dlm secarik kertas,menggoretkan prilakumu yg memperindah hidupku dan bercerita tentang waktu yg pernah ada tentang aku dan kamu menyatu dalam cinta.<br /><br />Kapan saja aq merindukan kisah itu,jari jemariku menari dlm kata-kata yg indah tentangmu.<br />Airmata tak pernah membiaskan pelangi cinta yg mungkin sudah memudar bahkan hilang dlm ingatanmu...Tenang saja aq hny mengingatmu untk diriku sndri.<br /><br />Dulu kau ti2pkan rindu pada angin yg membisikkan betapa aq hdp dlm hatimu,dan kini q ti2pkan rindu pd waktu,agar se2kali jika kau mau dan sudi..Kau bs mengenangnya walau sekejap.<br /><br />Sungguh aq mencintaimu saat itu,hanya saja aq tak ingin berlayar 1 kapal 2 nahkodaPunyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-32613294044178293572010-10-11T20:30:00.000-07:002010-11-11T20:09:58.132-08:00Gambaran Cintaku<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4hNaZU8K8vDRM_cK1vNXSw_QpYZFLI3zb2ePPLgGXBydqYVs5StKVf77MA7M5D-D7qtg-ay5uHdZ40hJ1_fNkTtD0ox2UW5Bz9rFcKzZZezPrRN2PdF0Pd19iI1cTx0pzOjJSFc-ku8k/s1600/2.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 150px; height: 113px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4hNaZU8K8vDRM_cK1vNXSw_QpYZFLI3zb2ePPLgGXBydqYVs5StKVf77MA7M5D-D7qtg-ay5uHdZ40hJ1_fNkTtD0ox2UW5Bz9rFcKzZZezPrRN2PdF0Pd19iI1cTx0pzOjJSFc-ku8k/s320/2.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5526997690380616770" /></a><br /><br /><br />Cintaku selaksa embun pagi<br />Yang hanya ingain memberimu kedamaian<br />Rasa sayangku selaksa mentari<br />Yang memberimu kehangatan<br />Rinduku padamu menginginkan kebebasan<br />DDan selimuti luka hati ini<br />Dengan sebuah kerelaan<br />Kealam menuntun perasaanmu sandiri<br />Pengorbanan mengajariku menyeka airmata<br />puasanku telah mencapai klimaks<br />Ketika melihat cintamu tumbuh dengan jujur<br />Terhadap perasaannya sendiri<br />Dan aku nya dapat berteriak dari seberang hatimu<br />“ jagalah cintamu sebagaimana aku menjaga cintaku untukmu”Punyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-81803401368858543652010-10-11T20:22:00.000-07:002010-11-11T20:14:05.705-08:00Lantaran ada Malam pada Tidurmu<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj25KjK8b_hftetaxWfYwi4qfOv41zyk_dejmiOdlJQMLptQv-X0v7bFovw_jL6wUkWeWAsT857dZ02jheHGtfLNMCHitBpHHFdqsYmo0Xk1Az60E0R0CQAI247gHbgm0c5nWVfzyq2zbQ/s1600/a.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 124px; height: 93px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj25KjK8b_hftetaxWfYwi4qfOv41zyk_dejmiOdlJQMLptQv-X0v7bFovw_jL6wUkWeWAsT857dZ02jheHGtfLNMCHitBpHHFdqsYmo0Xk1Az60E0R0CQAI247gHbgm0c5nWVfzyq2zbQ/s320/a.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5526995849507847346" /></a><br /><br />Pada sebuah mimpi <br />Ku temukan dirimu diam menanti<br />Apa hanya mimpi??<br />Kalau begitu<br />Aku ingin menjadi sepotong do’a mu<br />Sebelum kau arungi jejak nafas anganmu<br />Lalu gerayangi secawan rindu<br />Meneguk secarik harapan<br />Yang mungkin kan tercabik habis <br />Atau telah tercabik habisPunyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-85135255391048165332010-05-29T17:46:00.000-07:002010-05-29T17:53:08.176-07:00Surat di bulan januariPada saatnya aq ingin sekali kau meniup lilin itu<br />di antara paduan kue coklat yang melebur manisnya di dalam senyummu<br />tak pernah ku sempat melihatmu memejamkan mata munajatkan sebait kata yang teruntai jadi do'a<br />tak pernah ku sempat lukis segurat senyum di hari jadimu<br /><br />maafkan aku sayang<br /><br />aku tak pernah bisa membuktikan bahwa aku lah wanitamu.Punyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-608099677431139372009-08-20T05:38:00.000-07:002009-08-20T05:48:06.499-07:00yang terasingaq tlah menyiakan masa itu<br />masa di mana suara gaduh mengetuk pintu kamarku namun tak ku pedulikan <br />suara nyaring televisi yang membuatku penasaran ingin keluar dari tempat peraduan pun tak ku hiraukan<br /><br />kini hanya terdengar bisikan angin sesekali menjerit membanting pintu kamar mandi tepat di samping peraduan tempat ku mengasingkan diri...entah mengekspresikan amarah ataukah kegelisahannya hingga membuyarkan sgala lamunanku<br /><br />nyanyian makhluk malam pun tak ingin kalah dengan suara bising hiruk pikuk jalanan<br />dan aq masih tenang dalam singgasana menikmati setiap cumnuan sepi di saksikan dinding-dinding bisu dan tuli.Punyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-91783551110193460902009-01-28T20:49:00.000-08:002009-01-28T20:58:33.583-08:00terlalu kerdilsebuah catatan kosong <br />tertulis menggiring malam-malam ku <br />terpenjara dalam setiap air mata <br />terlalu kerdil untuk mengetahui<br />sebuah makna kerinduan<br /><br />tebing-tebing hati menjulang tinggi<br />yang menahanku mengikuti suara nyanyian cinta<br />meluputkan nadanya<br />agar seirama menjadi simfoni kidung sunyi <br /><br />aku tak mengikuti arah jalan nya cinta<br />sebab detik mengajarkan ku<br />untuk terpaku pada luka dan kecewanya<br />atau apakah aku yang masih terlalu kerdil<br />mempelajari arti sebuah ketulusanPunyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4360727826399387746.post-65315387744533997492009-01-28T20:00:00.000-08:002009-01-28T20:46:04.053-08:00terlambatterlalu renta tangan ini sayang <br />untuk memahat lentera di dinding hatimu<br />sementara kanvas telah kusam oleh debu<br />dan tintanya telah kering oleh angin<br />apa yang mesti aku lukis sayang <br />bila air matamu tak cukup menggantikan semua itu<br /><br /><br />kata-kata itu pun sudah terlalu tua <br />untuk kau untai lagi <br />menjadi sebuah pilar cinta<br />dan mungkin do'a mu pun tak bisa membuka<br />ayat-ayat cinta yang dulu ku puja<br /><br /><br />kau terlambat mengejar kereta yang ku naiki sayang<br />aku telah turun di stasiun akhir penantian<br />tlah ku tinggalkan kota hatimu<br />bersama seluruh luka kuPunyaceritahttp://www.blogger.com/profile/10758764929133131843noreply@blogger.com1