sebuah catatan kosong
tertulis menggiring malam-malam ku
terpenjara dalam setiap air mata
terlalu kerdil untuk mengetahui
sebuah makna kerinduan
tebing-tebing hati menjulang tinggi
yang menahanku mengikuti suara nyanyian cinta
meluputkan nadanya
agar seirama menjadi simfoni kidung sunyi
aku tak mengikuti arah jalan nya cinta
sebab detik mengajarkan ku
untuk terpaku pada luka dan kecewanya
atau apakah aku yang masih terlalu kerdil
mempelajari arti sebuah ketulusan
Rabu, 28 Januari 2009
terlambat
terlalu renta tangan ini sayang
untuk memahat lentera di dinding hatimu
sementara kanvas telah kusam oleh debu
dan tintanya telah kering oleh angin
apa yang mesti aku lukis sayang
bila air matamu tak cukup menggantikan semua itu
kata-kata itu pun sudah terlalu tua
untuk kau untai lagi
menjadi sebuah pilar cinta
dan mungkin do'a mu pun tak bisa membuka
ayat-ayat cinta yang dulu ku puja
kau terlambat mengejar kereta yang ku naiki sayang
aku telah turun di stasiun akhir penantian
tlah ku tinggalkan kota hatimu
bersama seluruh luka ku
untuk memahat lentera di dinding hatimu
sementara kanvas telah kusam oleh debu
dan tintanya telah kering oleh angin
apa yang mesti aku lukis sayang
bila air matamu tak cukup menggantikan semua itu
kata-kata itu pun sudah terlalu tua
untuk kau untai lagi
menjadi sebuah pilar cinta
dan mungkin do'a mu pun tak bisa membuka
ayat-ayat cinta yang dulu ku puja
kau terlambat mengejar kereta yang ku naiki sayang
aku telah turun di stasiun akhir penantian
tlah ku tinggalkan kota hatimu
bersama seluruh luka ku
Jumat, 23 Januari 2009
aku dan kesendirianku
aku dan sepiku
berkelana dalam seribu malam melintasi sejuta bayangan menyeka pilu tetes air mata
aku dan kesendirianku
di temani sebait kepedihan yang penuh arti di mana aku tak pernah menyesali beribu jarak yang ku tempuh sendiri
aku dan lukaku
menjadi dewasa dgn waktu... mengilhami setiap denting pedih yang tak pernah ku cela
dan aku hanya berharap suatu saat ada yang menemani kesepian ini
berkelana dalam seribu malam melintasi sejuta bayangan menyeka pilu tetes air mata
aku dan kesendirianku
di temani sebait kepedihan yang penuh arti di mana aku tak pernah menyesali beribu jarak yang ku tempuh sendiri
aku dan lukaku
menjadi dewasa dgn waktu... mengilhami setiap denting pedih yang tak pernah ku cela
dan aku hanya berharap suatu saat ada yang menemani kesepian ini
Langganan:
Postingan (Atom)